Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. (Humas Bapanas)
Jakarta, tvrijakartanews - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam mengendalikan fluktuasi pangan menargetkan tiga pangan pokok strategis di 2025.
"Untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan yang diusulkan oleh Bapak Menko Pangan (Zulkifli Hasan) kemarin di Ratas (rapat terbatas) memang telah disetujui Bapak Presiden Prabowo," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (2/1/2024).
Arief menjelaskan program tersebut bukan hanya beras, tapi mencangkup agung pakan dan kedelai untuk mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan masyarakat.
"Target salurnya semakin besar dan menyasar tidak hanya beras, tapi ada pula jagung pakan dan kedelai," ungkapnya.
Dikatakan Arief, program SPHP menjadi andalan pemerintah dalam mengendalikan fluktuasi harga pangan. Program SPHP di 2025 mengalami eskalasi, baik jenis pangan pokok strategis yang disasar maupun target salurnya.
"Ini penting dilaksanakan seiring dengan peningkatan produksi yang akan dilakukan Pemerintah," ujarnya.
Menurutnya, bahwa program SPHP di 2025 yang akan dikerjakan Perum Bulog melalui penugasan Bapanas nantinya meliputi beras dengan target salur 1,5 juta ton.
Kemudian jagung pakan sebanyak 250 ribu ton dan kedelai 100 ribu ton. Stok yang akan digunakan mengutamakan pasokan cadangan pangan Pemerintah yang bersumber dari panen dalam negeri.
"Di 2025, langkah akselerasi produksi pangan akan diimplementasikan Pemerintah sehingga pada tahap pascapanen kita siapkan, salah satunya dengan program SPHP ini. Jadi BUMN pangan menyerap panen petani kita, dijadikan CPP lalu disalurkan ke berbagai lini pasar, peternak, dan produsen demi stabilitas pangan," imbuhnya.
Sebagai informasi, program stabilisasi pasokan dan harga beras telah diimplementasikan sejak 2022. Tercatat pada tahun tersebut tersalurkan sebanyak 1,3 juta ton beras.
Selanjutnya di 2023, SPHP beras mencapai 1,196 juta ton atau 110,30 persen dari target 1,085 juta ton. Pada 2024, realisasi sampai minggu keempat Desember telah mencapai 1,399 juta ton atau 99,94 persen dari target 1,4 juta ton.
Terlebih, pemerintah telah melakukan kalkulasi bahwa pada setiap kenaikan harga beras sebesar 10 persen akan mendorong kenaikan inflasi 0,34 persen. Untuk itu, berbagai program intervensi perlu terus dimasifkan untuk menekan proyeksi inflasi tersebut.