
ejumlah akademisi dan pegiat masyarakat sipil menekankan pentingnya peran generasi muda dalam memperkuat ruang sipil di Indonesia. Pandangan ini mengemuka dalam diskusi Spill The Research Jabodetabek yang digelar di Kampus FISIP Universitas Indonesia, Depok. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews — Sejumlah akademisi dan pegiat masyarakat sipil menekankan pentingnya peran generasi muda dalam memperkuat ruang sipil di Indonesia. Pandangan ini mengemuka dalam diskusi Spill The Research Jabodetabek yang digelar di Kampus FISIP Universitas Indonesia, Depok.
Direktur Eksekutif Yayasan Partisipasi Muda, Neildeva Despendya, menyampaikan bahwa ruang sipil seharusnya menjadi wadah kebebasan berekspresi dalam negara demokrasi. Menurutnya, kebebasan itu tidak hanya mencakup hak untuk berpendapat dan berkumpul, tetapi juga perlindungan negara terhadap hak-hak dasar warga.
“Hak dasar itu termasuk hak untuk tidak dikriminalisasi hanya karena membaca buku tertentu atau menyuarakan pendapat,” ujar Neildeva dikutip Kamis (2/10/2025).
Ia menekankan bahwa ruang sipil yang sehat juga ditunjang dengan lingkungan fisik yang kondusif bagi kegiatan sosial-politik maupun kebudayaan.Lebih jauh, Neildeva menambahkan bahwa ruang sipil juga perlu dijaga di ranah digital. Ia menilai, ruang maya yang aman akan mendorong orang muda lebih percaya diri dalam menyampaikan pandangan mereka.
“Kalau kalian merasa takut untuk menulis opini di media sosial karena khawatir diserang, itu berarti ruang sipil kita sedang tidak sehat,” katanya.Sementara itu, Dr. Muhammad Fajar, Ph.D., peneliti politik lulusan Northwestern University, mengungkapkan hasil risetnya yang menyoroti dinamika ruang sipil di Indonesia. Ia menekankan pentingnya melibatkan anak muda dalam memperluas basis gerakan sosial. “Anak muda bisa menjadi motor penggerak perubahan jika didukung organisasi yang kokoh dan keterikatan dengan masyarakat,” ujarnya.
Fajar juga menilai penguatan kapasitas organisasi sipil merupakan kunci agar agenda sosial dapat berjalan berkelanjutan. “Kalau tidak punya organisasi yang kuat, maka agenda perjuangan akan sulit bertahan dalam jangka panjang,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, akademisi Ilmu Politik Universitas Indonesia, Muhammad Imam, menilai bahwa kontribusi orang muda tidak harus selalu dimulai dari gerakan besar. Menurutnya, langkah-langkah sederhana pun bisa membawa perubahan. “Gunakan akun media sosial untuk menyuarakan hal-hal penting. Membagikan informasi yang bermanfaat saja sudah menjadi bentuk partisipasi,” kata Imam.
Diskusi ini menegaskan kembali komitmen pentingnya partisipasi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam memperkuat demokrasi. Pemerintah pun dinilai memiliki peran sentral untuk terus mendukung terciptanya ruang sipil yang sehat, aman, dan terbuka bagi semua kalangan.