Penutupan TPA Timbulkan Penumpukan Sampah di Tepi Pantai Khoms Libya
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Crypto Hermawan

Foto: reuters

Jakarta, tvrijakartanews - Tumpukan sampah memenuhi pantai kota Khoms di Libya, setelah tempat pembuangan sampah utama yang dioperasikan pemerintah ditutup awal tahun ini. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Karkar, yang telah beroperasi selama hampir 50 tahun, menimbulkan masalah lingkungan bagi warga yang tinggal di sekitarnya.

Warga kota mengatakan sampah di TPA tersebut melepaskan polutan beracun ke udara, yang menyebabkan penyebaran beberapa penyakit. Bahkan setelah tempat pembuangan sampah tersebut ditutup menyusul protes masyarakat setempat, warga yang tinggal di dekatnya mengatakan tempat pembuangan sampah tersebut masih menimbulkan risiko lingkungan, karena sisa sampah keras dan organik di sana belum diolah dengan benar. Karena tidak punya alternatif, penduduk kota mulai membuang sampah mereka di sekitar pantai kota, yang menyebabkan bencana di sekitar area tersebut.

"Dampak lingkungan dari TPA masih ada sampai sekarang, karena kita tidak membuang (sampah yang membusuk di dalamnya) dan itu menyebabkan kerusakan. TPA mengeluarkan gas yang melepaskan racun dan menyebabkan polusi yang bergerak bersama udara dan oksigen yang dihembuskan oleh manusia. Jadi kerusakan yang disebabkan oleh TPA masih ada sampai sekarang (meskipun ditutup)," kata Gomaa Al-Na'as, seorang warga yang tinggal dekat di TPA dikutip dari reuters (2/10).

Manajer layanan kebersihan kota mengatakan kurangnya sumber daya yang dibutuhkan, termasuk peralatan untuk membuang dan memproses sampah serta sedikitnya upah yang dibayarkan kepada pekerja telah menyebabkan penyedia layanan tidak mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik.

"Petugas kebersihan siap bertugas, pengemudi siap bertugas tetapi kendaraannya rusak, gaji petugas kebersihan 700 dinar ($147). Ini masalah yang kami hadapi, oh rakyat kami, kami siap bekerja siang dan malam, kapan saja. Tetapi kami sama sekali tidak mampu melaksanakan tugas kami sebagaimana mestinya," kata Edrees al-Refaey.