KPU Bakal Evaluasi Penggunaan Istilah Asing dalam Debat Capres-Cawapres
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Ketua KPU Hasyim Asy'ari saat ditemui di kantornya. Foto: M Julnis Firmansyah

Jakarta, tvrijakartanews - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Hasyim Asy'ari menyebut pihaknya bakal mengadakan evaluasi soal penggunaan istilah asing dalam debat capres-cawapres. Hal ini merupakan masukan dari berbagai pihak usai cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka menggunakan istilah asing yang membuat lawan debatnya kesulitan untuk menjawab.

Selain singkatan, Hasyim menyebut pihaknya juga bakal turut mengevaluasi penggunaan mic dan podium di dalam debat. Rapat evaluasi debat cawapres tersebut bakal digelar besok di KPU.

"Iya pasti akan dievaluasi semua masing-masing, apakah mic-nya, apakah tampil tidak di podium, apakah peran moderator, singkatan-singkatan, bahasa asing, dan seterusnya nanti semua akan kita evaluasi," kata Hasyim di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Desember 2023.

Soal penggunaan tiga mic di dalam debat, Hasyim menyebut hal itu merupakan permintaan stasiun televisi yang menyelenggarakan debat. Menurut Hasyim, pihaknya juga memberikan klarifikasi mengenai mic lebih dari satu sehingga mengundang pertanyaan di masyarakat.

"Semua calon yang tampil dalam debat diberikan tiga mic, apa istilahnya di sini, klip on, terus yang nempel di pipi, dicantolin di telinga, dan mic yang biasa dipegang itu. Dalam rangka satu aja mengantisipasi siapa tahu ada di antara tiga mic itu yang tidak bisa berfungsi. Masih ada pelapisnya, masih ada mic lain yang masih bisa," kata Hasyim.

Gibran Pakai Istilah Asing

Dalam debat cawapres pada Jumat malam, 22 Desember 2023, Gibran beberapa kali menyekak lawan debatnya dengan istilah asing. Debat tersebut bertema ekonomi kerakyatan/ekonomi digital kemudian keuangan, pajak dan tata kelola APBN/APBD, investasi, perdagangan, infrastruktur, dan terakhir perkotaan.

Saat sesi bertanya kepada Mahfud, Gibran bertanya mengenai pembuatan aturan untuk pembuatan teknologi carbon capture and storage (CCS) atau penyimpanan emisi karbon dioksida (CO2) yang potensial di Indonesia.

"Bagaimana regulasi untuk karbon capture and storage?" tanya Gibran singkat kepada Mahfud.

Mendengar pertanyaan tersebut, Mahfud tampak bingung dengan istilah yang digunakan. Lalu alih-alih menjawab secara spesifik, ia menjelaskan tahapan pembuatan regulasi yang membutuhkan keterlibatan ahli hingga naskah akademik.

"Kalau orang ahli regulasi, itu tidak harus spesifik satu persatu, kecuali proyek pembuatan regulasi itu sudah ada. Bagaimana cara regulasinya, satu membuat naskah akademik dulu. Naskah akademik itu kalau mengikuti pola yang sederhana," kata Mahfud.

Mendengar jawaban itu, Gibran terlihat tidak puas. Ia menganggap jawaban Menko Polhukam itu tidak tepat dan tak menyentuh pertanyaannya

"Kembali lagi pertanyaan saya, Pak Prof Mahfud menjawab dua menit tapi pertanyaan saya belum dijawab sama sekali. Apa regulasinya Pak, untuk karbon capture and storage. Simple sekali Pak, pertanyaan saya. Mohon dijawab sesuai pertanyaan yang saya tanyakan. Enggak perlu ngambang ke mana-mana," kata putra sulung Presiden Jokowi itu.

Mendapat tekanan dari Gibran, Mahfud kembali tak menjawab secara rinci mengenai CCS. Ia hanya menjawab semua tak hal bisa langsung dibuat regulasinya.

"Jadi begini Mas Gibran, di dalam ilmu hukum misalnya saya tanya kepada Anda sekarang bagaimana cara membuat regulasi tentang antariksa nasional? Jawab sekarang, pasti enggak tahu jawab sekarang, pasti gak tahu, karena hukum itu perlu masalahnya dulu apa," kata Mahfud.

Momen Gibran memberikan pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh lawannya juga terjadi saat berdebat dengan Muhaimin Iskandar. Dalam pertanyaannya, Gibran menanyakan soal SGIE (State of the Global Islamic Economy) kepada Muhaimin yang merupakan Ketua Umum PKB, partai yang berbasis agama.

Mendapat istilah asing itu, Muhaimin tampak kebingungan.

"Terus terang SGIE, saya enggak paham. SGIE itu apa?" kata Muhaimin.

Jawaban Muhaimin itu mengundang tepuk tangan dari masing-masing pendukung cawapres. Gibran kemudian menjelaskan kepada Muhaimin secara singkat mengenai SGIE.

"SGIE itu adalah State of Global Islamic Economy. Misalnya yang sekarang yang sudah masuk peringkat 10 besar adalah makanan halal kita, skincare halal kita, fashion kita. Nah, itu yang saya masuk, Gus. Dan, ya mohon maaf kalau pertanyaa nya agak sulit, ya, Gus," pungkas Gibran.

(M Julnis Firmansyah)