DEN Pertimbangkan Untung Rugi Pasokan Minyak dari Rusia Usai Gabung dengan BRICS
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. (Tangkap layar laman resmi menpan.go.id)

Jakarta, tvrijakartanews - Dewan Ekonomi Nasional (DEN) masih menimbangkan untung-rugi bagi Indonesia memasok minyak dari Rusia. Dengan Indonesia bergabung dengan aliansi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS), Indonesia disinyalir memiliki peluang mengakses minyak Rusia dengan harga yang lebih murah.

"Sepanjang itu menguntungkan Republik Indonesia, bisa kita bicarakan. Kalau kita dapat lebih murah 20 dolar AS atau 22 dolar AS, kenapa tidak?” kata Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (9/1/2024).

Luhut mengatakan pihaknya tetap menyikapi dengan hati-hati soal hal tersebut.

“Tentu kami hati-hati melihat ini dengan baik,” tutur Luhut.

Dikonfirmasi terpisah, Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi mengatakan kepesertaan Indonesia di BRICS bisa dinilai sebagai upaya memperkuat hubungan tidak hanya dengan China tapi dengan Brasil dan Afrika Selatan maupun negara Timur Tengah.

"Indonesia juga berpeluang untuk berpartisipasi dalam solidaritas negara Global South dalam mengurangi hegemoni Barat yang ada saat ini," kata Ibrahim.

Disisi lain, aliansi BRICS tidak begitu memberikan keuntungan untuk Indonesia karena ekonomi China diproyeksikan akan melambat terutama pasca kembali terpilihnya Donald Trump yang memicu proteksionisme dagang.

"Ketidakpastian ekonomi global karena perang dagang antara China dan AS, akan mengacak stabilitas ekonomi di beberapa negara, dan ini tentunya akan berimbas pada Indonesia. Ditambah lagi ancaman Trump pada negara anggota BRICS jika melakukan dedolarisasi," ujar Ibrahim.

Menurutnya, reaksi Trump perlu untuk diwaspadai, karena dia merupakan salah satu pemimpin yang membuktikan ucapannya. Jika, US memberlakukan tarif 100 persen pada negara anggota BRICS.

"Tentu Indonesia akan terkena imbas dari kebijakan tersebut, tidak bisa dipungkiri ini juga akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dalam jangka waktu pendek atau menengah," tutur Ibrahim.

Ibrahim menambahkan hal ini juga akan menyebabkan penurunan tajam pada volume ekspor, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS. Tidak hanya itu, kekhawatiran ketergantungan yang semakin kuat pada China masih menghantui Indonesia.

"Guna untuk menghindari hal tersebut, Indonesia lebih gencar mendiverifikasi mitra secara bilateral untuk survive dari ketidakpastian ekonomi global di masa yang akan dating," ungkap Ibrahim.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan peluang RI menyuplai minyak Rusia dengan harga lebih murah salah satunya diungkapkan oleh .

Dia berpendapat keanggotaan BRICS membantu Indonesia mendapatkan potensi keuntungan khususnya dalam mengurangi defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas).

Hal ini menimbang posisi Rusia sebagai salah satu produsen minyak mentah utama dunia yang tengah menghadapi embargo dari beberapa negara Barat.

“Keuntungan utama dari perdagangan minyak dengan Rusia adalah potensi harga yang lebih murah dibandingkan harga pasar internasional. Embargo Barat terhadap minyak Rusia telah mendorong negara tersebut untuk menawarkan minyaknya ke pasar non-Barat dengan diskon yang signifikan,” ujar Achmad.

Selain itu, Achmad juga menyoroti peluang kolaborasi yang lebih luas di sektor energi.

Kerja sama kedua negara dapat membuka jalan untuk investasi dalam infrastruktur energi, pengembangan teknologi, dan transfer pengetahuan. Langkah ini mampu mendukung diversifikasi energi Indonesia dalam jangka panjang.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi resminya Indonesia menjadi anggota kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan South Africa). Dengan begini berbagai dampak positif dinilai akan dirasakan Tanah Air.

"Jadi baik saja karena berarti dengan berbagai negara di global south kita sudah masuk dalam club," kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Airlangga menyebut dampak positif masuknya Indonesia ke geng BRICS yakni bisa memperluas akses pasar ekspor dan semakin banyak membuka pintu investasi.