BI Sebut Kinerja Penjualan Eceran Meningkat Capai 220,3 pada Desember 2024
EkonomiNewsHot
Redaktur: Maryanto PM

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso. (Tangkap layar YouTube BI)

Jakarta, tvrijakartanews - Bank Indonesia (BI) menyampaikan kinerja penjualan eceran meningkat pada Desember 2024. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2024 yang diperkirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0 persen year on year (yoy). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

"Peningkatan tersebut terutama bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman dan tembakau," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (10/1/2025).

Ramdan memperkirakan penjualan eceran pada Desember 2024 terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen month to month (mtm).

"Setelah pada bulan sebelumnya atau bulan November 2024 terkontraksi sebesar 0,4 persen (mtm)," ujarnya.

Menurutnya, untuk proyeksi Desember 2024, kelompok dengan pertumbuhan tertinggi secara bulanan yaitu berasal dari subkelompok sandang yang diperkirakan tumbuh sebesar 8,1 persen (mtm).

Selanjutnya, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau (diperkirakan tumbuh 5,5 persen mtm), serta suku cadang dan aksesori (diperkirakan tumbuh 3,4 persen mtm) sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.

"Pada November 2024, IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5 persen (yoy)," tuturnya.

Selain itu, pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong kelompok bahan bakar kendaraan bermotor (8,8 persen yoy), suku cadang dan aksesori (7,2 persen yoy), serta makanan, minuman, dan tembakau (2,5 persen yoy).

"Sementara secara bulanan, penjualan eceran pada November 2024 mengalami kontraksi 0,4 persen (mtm), setelah mencatat kontraksi sebesar 0,01 persen (mtm) pada bulan sebelumnya," ungkapnya.

Mayoritas kelompok yang mengalami kontraksi, terutama terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi (-3,6 persen mtm), suku cadang dan aksesori (-0,8 persen mtm), serta makanan, minuman, dan tembakau (-0,7 persen mtm) disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat akibat faktor cuaca yang menahan aktivitas masyarakat.

Sementara kelompok yang tercatat masih tumbuh dan menjadi penopang kinerja penjualan eceran yaitu peralatan informasi dan komunikasi (4,2 persen mtm) serta bahan bakar kendaraan bermotor (1,0 persen mtm).

Dari sisi harga, tekanan inflasi tiga bulan yang akan datang pada Februari 2025 diperkirakan meningkat. Sementara inflasi enam bulan yang akan datang pada Mei 2025 diperkirakan menurun.

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Februari 2025 sebesar 160,2, lebih tinggi dibandingkan dengan IEH pada periode sebelumnya sebesar 157,8 sejalan dengan rata-rata historis kenaikan harga menjelang bulan Ramadan pada tiga tahun terakhir.

Sementara itu, IEH Mei 2025 tercatat sebesar 151,1 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 165,4 seiring dengan normalisasi permintaan pasca-HBKN Idul Fitri.