
Ilustrasi Gudang Beras di Bulog. (Humas Kementan)
Jakarta, tvrijakartanews - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka 3,7 juta ton, menjadikannya angka tertinggi sepanjang sejarah bahkan sejak badan ini berdiri pada 1969. Bahkan dalam beberapa hari ke depan, stok ini diperkirakan akan menembus 4 juta ton.
"Ini adalah sejarah baru bagi ketahanan pangan Indonesia. Stok beras kita menembus angka 3,7 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Ini bukan hanya angka, tapi bukti konkret keberpihakan negara pada petani dan sistem pangan yang mulai kuat dari hulu hingga hilir," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (12/5/2025).
Selain itu, Amran menyoroti bahwa pencapaian ini semakin membanggakan karena terjadi di tengah tantangan berat seperti ancaman krisis pangan dunia dan peningkatan jumlah penduduk.
"Angka serapan BULOG tahun ini benar-benar patut diapresiasi. Kita berhasil menyerap lebih dari 2 juta ton dalam waktu singkat, di tengah pertumbuhan penduduk dan tekanan global. Capaian stok 3,7 juta ton ini bahkan diraih dalam waktu tidak sampai 5 bulan, jauh lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Capaian ini, lanjutnya, merupakan buah dari kebijakan afirmatif pemerintah yang memperkuat produksi dan mempercepat penyerapan gabah saat panen raya melalui program tambahan pupuk subsidi.
"Kemudian penguatan alsintan, percepatan tanam, digitalisasi pertanian, hingga jaminan harga di tingkat petani melalui peraturan pemerintah tentang penetapan harga pembelian gabah dari Rp 5.500 menjadi Rp 6.500 per kilogram," jelasnya.
Mengacu pada data historis, rekor sebelumnya terjadi pada September 1985 dengan stok mencapai 3.006.872 ton. Kini, angka tersebut telah dilampaui hampir 700 ribu ton lebih tinggi, melampaui semua capaian tersebut, bahkan melebihi puncak-puncak cadangan pada era-era swasembada di masa lalu.
Jika pada tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada beras dengan jumlah penduduk 166,6 juta jiwa, maka pencapaian stok tertinggi tahun 2025 ini diraih dalam kondisi jumlah penduduk melonjak drastis menjadi 283 juta jiwa. Ini menunjukkan sistem pangan Indonesia yang kini jauh lebih kuat, efisien, dan mampu menghadapi tekanan global.
Mentan Amran menegaskan bahwa ketersediaan stok yang tinggi ini akan menjadi alat kendali strategis negara untuk menjaga stabilitas harga beras di pasar dan memperkuat posisi Indonesia di tengah gejolak pangan global.
“Kita tidak boleh hanya puas dengan surplus. Surplus tanpa serapan akan merugikan merugikan petani. Maka kami pastikan, negara hadir menyerap hasil panen mereka. Stok ini akan kita gunakan untuk memperkuat cadangan strategis nasional, bantuan pangan, serta potensi ekspor jika diperlukan,” tegasnya.
Lebih jauh, Menteri Pertanian mengungkapkan bahwa pemerintah juga telah menyiapkan gudang darurat untuk mengantisipasi laju serapan beras oleh BULOG yang terus meningkat. Selain itu, pemerintah juga menetapkan penambahan gudang prioritas sebanyak 25.000 unit di seluruh Indonesia guna memastikan seluruh hasil panen terserap dan tersimpan dengan aman.
Langkah ini turut memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen beras terbesar di kawasan ASEAN, melampaui negara-negara utama seperti Thailand dan Vietnam. Hal ini diperkuat oleh laporan resmi United States Department of Agriculture (USDA) yang menempatkan Indonesia di posisi puncak produksi beras Asia Tenggara. Berdasarkan laporan USDA Rice Outlook April 2025, produksi beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, meningkat 600 ribu ton dari proyeksi sebelumnya dan naik 4,8% dibandingkan tahun lalu.
Pemerintah optimistis tren positif ini akan terus berlanjut seiring dengan puncak panen di sejumlah wilayah, ditambah dengan percepatan tanam di musim kedua tahun ini. Ke depan, langkah-langkah stabilisasi pangan akan terus diperkuat, termasuk sinergi lintas lembaga dalam penyerapan, distribusi, dan pengendalian harga.
Semua ini, kata Amran, adalah hasil dari kebijakan tepat Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional. Dengan kerja keras, sinergi, dan keberpihakan kepada petani, Indonesia.
"Tidak hanya menuju swasembada, tetapi juga tengah membuka jalan menjadi eksportir beras baru di pasar global," pungkasnya.