Press Conference Piala Citra FFI / foto : Poplicist Publicist
Jakarta, tvrijakartanews - Festival Film Indonesia (FFI) 2024 kembali melangkah dengan memperkenalkan jajaran Dewan Juri Akhir untuk Karya Kritik Film. Setelah sebelumnya mengumumkan rencana Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024 dan Dewan Juri Akhir Kategori Film serta Dewan Juri Pengabdian Seumur Hidup, kini FFI mengumumkan tiga nama juri yang akan menilai Karya Kritik Film. Mereka adalah akademisi sekaligus kritikus film ternama, yaitu Dyna Herlina Suwarto, Ekky Imanjaya, dan Erina Adeline Tandian.
Karya Kritik Film merupakan salah satu kategori non cerita panjang dalam Festival Film Indonesia, yang mulai diberikan lagi sejak 2021 setelah vakum selama 15 tahun. Budi Irawanto, Ketua Bidang Penjurian FFI 2024-2026, menekankan pentingnya kritik film sebagai kontribusi bagi dunia sinema.
“Kritik film tidak sekadar review terhadap film sebagai panduan bagi penonton maupun masukan bagi pembuat film. Melainkan juga menjadi bagian penting dari ikhtiar merawat budaya sinema yang memuliakan dialog apresiatif demi kemajuan ekosistem perfilman Indonesia,” ujarnya dalam pernyataan rilis pers pada Sabtu (16/11/24).
FFI tahun ini menerima 84 pendaftar dalam kategori Karya Kritik Film. Setelah melalui dua tahap seleksi, terpilihlah empat nominasi yang akan memperebutkan Piala Tanete Pong Masak pada Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024 yang digelar 20 November 2024 di ICE BSD, Tangerang. Nama Tanete Pong Masak diadopsi sebagai penghargaan untuk mengenang kontribusi akademisi yang telah banyak berperan dalam dunia perfilman Indonesia.
Tanete Pong Masak dikenal sebagai salah satu akademisi film bergelar doktor di Indonesia. Ia memulai perjalanan akademisnya di bidang sastra Inggris di Universitas Hasanuddin dan melanjutkan studi linguistik terapan serta budaya Prancis di Université de Franche-Comté, Besançon, Prancis. Pada 1980, Tanete melanjutkan program doktoralnya di bidang sejarah sosial dan sinema di École des Hautes Études en Sciences Sociales (EHESS), Paris. Disertasi berjudul Le Cinéma Indonésien (1926–1967): Études d'Histoire Sociale yang kemudian dibukukan menjadi Sinema Pada Masa Soekarno dianggap sebagai salah satu karya penting dalam penulisan sejarah perfilman nasional.
Budi Irawanto menambahkan, “Terjadi diskusi yang hangat di antara juri dalam menentukan pemenang kritik. Terutama berkaitan dengan kebaruan yang ditawarkan kritik film tersebut. Dewan juri juga menimbang kejelian penulis kritik menemukan unsur-unsur terbaik sebuah film yang acapkali luput dilihat penonton serta ketajamannya menangkap gagasan penting yang diusung sebuah film.”
Sebelum malam penghargaan, FFI juga mengadakan kegiatan bertajuk "FFI Goes to Campus" dari Agustus hingga September, termasuk lomba Karya Kritik Film bagi pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini diharapkan dapat memupuk minat generasi muda untuk menjadi kritikus film. Para pemenang lomba ini telah diumumkan melalui media sosial resmi FFI. Tetap nantikan kemeriahan Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024 pada 20 November mendatang.