Wakil Presiden periode ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK). Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Wakil Presiden periode ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK) mewanti-wanti Presiden Terpilih Prabowo Subianto supaya tak salah memilih menteri pendidikan usai resmi dilantik nanti. Menurut dia Menteri Pendidikan ke depan harus berasal dari latar belakang yang sangat ahli di bidang pendidikan, supaya masalah pendidikan tidak seperti saat ini.
"Begitu menterinya tidak ngerti pendidikan dan malas lagi ngurus pendidikan kacau semuanya itu," kata JK di Jakarta, dikutip Senin (9/9/2024).
JK memaparkan salah satu masalah itu seperti Skor Programme for International Student Assessment atau Pisa yang kian memburuk. Skor PISA dirilis OECD setiap tiga tahunan, dan terakhir dirilis pada 2022 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-66 dari 81 negara atau 15 terendah di dunia.
Skor untuk matematika turun tajam ke nilai 366 dari 2018 skornya 379, sains menjadi hanya 383 dari 398, dan membaca hanya menjadi 359 dari 371. Atas dasar hal tersebut, JK meminta agar Prabowo benar-benar memilih Menteri Pendidikan yang mumpuni.
"Untuk pemerintah akan datang tolong lah betul pilih menteri pendidikan yang ngerti pendidikan, kalau tidak ngerti pendidikan ya beginilah," tegasnya.
JK sempat menyinggung nama Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang bermasalah. Sebab, selain karena bukan berlatar belakang pakar pendidikan, ia juga ia anggap sebagai menteri yang jarang di kantor dan tak pernah terjun ke daerah untuk melihat masalah pendidikan.
"Minta maaf, saya karena minta ketemu, ketemunya di apartemen, saya katakan saja supaya ke depan jangan lagi begitu pilih menteri, karena berapapun anggaran dikasih kalau CEO nya begini bagaimana bisa jadi," ujar JK.
Oleh sebab itu, dia menekankan menteri pendidikan idealnya ialah berasal dari latar belakang pakar pendidikan, sebagaimana yang telah ada selama ini. Ia menyebutkan nama-nama menteri pendidikan terdahulu, mulai dari Ki Hadjar Dewantara sampai Anies Baswedan.
"Coba cari siapa menteri pendidikan selama ini, Ki Hadjar Dewantoro, orang hebat, mendirikan Taman Siswa, cikal bakal prinsip pendidikan kita. Ada Pak Soemantri, Syarif Thayeb, ada Daoed Joesoef, Fuad Hasan, semua orang hebat di bidang pendidikan," ucap JK.
"Ada Pak Joewoeno, Malik Fadjar, semua ahli-ahli pendidikan. Ada Muhadjir, ada Pak Nuh rektor ITS, ada Anies, Director Paramadina, ada kemudian Mas Nadiem yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, jarang ke kantor, minta maaf saya kira," ungkapnya.
Menurutnya, berapapun anggaran pendidikan disediakan pemerintah, tidak akan membuat sistem pendidikan di Indonesia baik, jika dipimpin oleh orang yang tak memahami sistem pendidikan, terlebih lagi semangat untuk mengurus pendidikan.
"Kalau tidak ngerti pendidikan ya beginilah mau berapa sekian ratu triliun dikasih akan hancur-hancuran," tutur JK.
JK mengklaim bisa berbicara seperti ini karena berperan sebagai dewan penyantun atau trustee 8 universitas, salah satunya Oxford. Ia juga mengklaim memiliki 10 instansi pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi.
"Jadi solusi pendidikan itu bukan hanya anggaran, tapi tindakan sistem yang konsekuen, dan sekali lagi saya katakan kepemimpinan, kalau kepemimpinannya seperti ini mau apapun tidak akan pernah jadi pendidikan itu dan dosa besar untuk kita semua," ujar JK.