
PT Onduline Manufaktur Indonesia. (Humas Onduline)
Jakarta, tvrijakartanews - PT Onduline Manufaktur Indonesia menargetkan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40 persen. Pencapaian ini tidak hanya mencakup penggunaan bahan baku dan bahan pendukung, tetapi juga pemanfaatan tenaga kerja lokal.
"Dengan bangga menyampaikan bahwa 85 persen karyawan pabrik Onduline merupakan putra-putri Pasuruan. Pabrik ini diawali dengan sekitar 40 karyawan, dan jumlahnya akan terus meningkat seiring dengan beroperasinya pabrik 24 jam sehari, dengan seluruh karyawan yang bekerja merupakan warga negara Indonesia," kata Direktur PT Onduline Manufaktur Indonesia, Roki Christian Hadi Saputra, dalam keterangan tertulis di Selasa (12/11/2024).
Roki menyampaikan bahwa pembangunan pabrik Onduline di Pasuruan mendapat dukungan dari Bupati Pasuruan beserta jajarannya serta pemerintah pusat, yang memberikan kemudahan dalam akses informasi.
"Koordinasi antar instansi, bimbingan teknis, dan perizinan lengkap serta tepat waktu sejak tahap perencanaan hingga peresmian. Ia berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut di masa mendatang," ujar Roki.
Selain memperkuat posisi Onduline di Indonesia, Roki menuturkan pabrik ini turut mendukung pemerataan ekonomi, memenuhi permintaan atap bitumen berkualitas tinggi dan beragam.
"Langkah strategis ini memudahkan Onduline melayani pasar di seluruh wilayah, tidak hanya di wilayah barat seperti Jawa dan Sumatera, tetapi juga kawasan timur dan utara," tutur Roki.
Dikatakan Roki, Onduline mengharapkan pertumbuhan antara 10 hingga 15 persen, dan sejauh ini sudah berada di jalur yang tepat. Pada 2025, Onduline berkomitmen untuk mempercepat penetrasi pasar dan tumbuh sebesar 20-25 persen setiap tahunnya.
Saat ini, kata Roki pasar terbesar Onduline secara global adalah Turki dan Prancis. Namun, Indonesia telah berkembang pesat dan memiliki ambisi untuk menjadi pasar terbesar Onduline dalam 5 tahun mendatang
"Kalau pabrik dekat sama konsumen, kita lebih adaptif terhadap kebutuhan market. Itu sebabnya investasi di painting line menjadi cikal bakal inovasi kita di Asia. Jadi, bicara painting, formulasi, profil baru dan lain-lain, pabrik kita di Pasuruan harus jadi innovation centre se-Asia. Artinya, Indonesia akan menjadi jantung inovasi untuk negara-negara Asia lain," tambah Roki.
Sementara itu, Country Director PT Onduline Indonesia, Esther Pane, pabrik baru ini mengintegrasikan teknologi produksi mutakhir sistem impregnasi bitumen dan painting otomatis, untuk memastikan proses produksi atap bitumen yang cepat dan efisien, serta menghasilkan pilihan warna yang tak terbatas.
Pada tahap pertama, pabrik ini menargetkan kapasitas produksi lebih dari 2 juta meter persegi atap bitumen, mencakup berbagai jenis atap lembaran bergelombang, seperti Onduline Classic, Onduvilla, Onduline Tile, Duro 235, dan Onducasa.
"Selain itu, pabrik ini juga akan memproduksi painted products yang merupakan inovasi baru bagi Onduline di Asia," kata Esther.
Teknologi painting line pabrik ini memungkinkan produksi berbagai varian warna dengan fleksibilitas tinggi. Satu produk bisa mendapat dua hingga tiga kali pengecatan atau lebih, menciptakan kombinasi warna dari terang ke gelap, finishing dari doff hingga glossy, serta gradasi yang menarik untuk memenuhi beragam permintaan pelanggan di Indonesia.
Ester menjelaskan pihaknya komitmen menjaga konsistensi kualitas, pabrik ini tengah mempersiapkan sertifikasi ISO 9001. Selain itu untuk memastikan produksi memenuhi standar nasional dan global, pabrik pasuruan akan menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan SNI 7711.1:2012 dan persyaratan mutu produk Onduline.
"Pabrik ini juga dilengkapi laboratorium dengan fasilitas uji iklim atau UV untuk simulasi ketahanan terhadap cuaca. Jaid setiap pengembangan formulasi baru akan disesuaikan dengan iklim Indonesia," ujar Esther.
Esther menjelaskan bahwa selain menguatkan komitmen Onduline dalam memproduksi atap bitumen ramah lingkungan, pembukaan pabrik di Pasuruan juga sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah dalam mendorong penggunaan konten lokal melalui peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).