
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Roseline Akochi, seorang petani kecil di Kenya barat, memindai tanaman singkongnya dengan telepon pintar, menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk langsung mendiagnosis penyakit dan hama tanaman.
Aplikasi ini, yang dikembangkan oleh organisasi nirlaba Plant Village, menawarkan solusi waktu nyata terhadap masalah kesehatan tanaman, suatu keuntungan bagi petani seperti Akochi yang telah lama berjuang mengidentifikasi tanaman yang sakit.
"Saya tidak perlu mencari seseorang, semuanya terjadi di pertanian," kata Akochi, yang telah menggunakan aplikasi tersebut sejak 2018.
Melansir reuters (4/01), teknologi ini menyediakan sumber daya untuk pengadaan benih berkualitas, metode penyiapan lahan, dan akses ke spesialis pertanian. Akochi melaporkan peningkatan hasil panen yang signifikan sejak menggunakan aplikasi tersebut.
"Dulu saya bisa memanen 5 karung, sekarang saya bisa memanen 200 karung," katanya.
Ia menambahkan bahwa peningkatan pendapatan tersebut memungkinkannya untuk membiayai pendidikan anak-anaknya dan membangun rumah.
Para ahli mengatakan Afrika membutuhkan investasi tahunan sebesar $77 miliar untuk meningkatkan praktik pertanian, meningkatkan hasil panen, dan memperbaiki rantai pasokan pertanian guna mengatasi kerawanan pangan. Petani kecil seperti Akochi, yang biasanya bekerja di lahan pertanian kurang dari 2 hektar, menghasilkan 80% makanan yang dikonsumsi di Afrika. Banyak yang tidak memiliki keahlian dan sumber daya pertanian modern.
Perubahan iklim telah berdampak lebih jauh pada para petani ini, dengan meningkatnya hama, penyakit, dan pola cuaca yang tidak teratur, yang sering kali menjerumuskan mereka ke dalam utang dan kemiskinan.
Plant Village telah melatih petani dan menguji aplikasi AI mereka di Busia, daerah yang diidentifikasi rawan pangan.
"Kami ingin memastikan bahwa petani memiliki solusi," kata seorang perwakilan Plant Village kepada Reuters.
Para peneliti di seluruh Afrika tengah menjajaki berbagai solusi, termasuk memperkenalkan tanaman tangguh di daerah terdampak iklim dan memanfaatkan teknologi. Banyak pakar meyakini AI memiliki potensi besar karena aksesibilitas, kustomisasi, dan keterjangkauannya. Namun, hambatan adopsi teknologi, seperti kurangnya akses ke telepon pintar, masih ada di Afrika.
Petani seperti Akochi sekarang melatih orang lain dan membantu mereka yang tidak memiliki telepon pintar di komunitasnya. Para ahli menyarankan model ini, jika berhasil di wilayah uji coba, dapat memberikan harapan bagi petani kecil di seluruh benua.