
Konferensi pers hari ginjal Sedunia 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu, 12 Maret 2025 / Foto: Dimas Yuga Pratama
Jakarta, tvrijakartanews - Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day atau WKD) tahun 2025 mengusung tema ‘Are yours kidneys OK? Detect early, protect kidney health’ yang secara spesifik mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan skrining dan deteksi dini kesehatan ginjal untuk mencegah dan menghambat progresivitas penyakit ginjal sehingga dapat melindungi kesehatan ginjal.
Pada tahun ini, kampanye akan difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya skirining dan deteksi dini penyakit ginjal untuk melindungi kesehatan ginjal.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6% kematian global pada tahun 2017, angka ini diprediksi akan terus meningkat dan PGK diperkirakan akan menjadi penyebab kematian tertinggi ke-5 di seluruh dunia pada tahun 2040.
Hal ini mendorong adanya kebutuhan mendesak untuk mengatasi penyakit ginjal di seluruh duniaDi Indonesia, prevalensi PGK semakin meningkat setiap tahun, bila tidak diobati suatu ketika dapat mengalami gagal ginjal. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK adalah 0,38%.
Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2022 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) 63.498, dan prevalensi kumulatif 158.929. Penyebab utama gagal ginjal adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes).
Tingginya angka gagal ginjal ini tidak hanya menjadi beban bagi pasien dan keluarga tetapi juga beban bagi negara dimana biaya yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan sangat tinggi.
Selama tiga dekade terakhir, upaya pengobatan PGK berpusat pada persiapan dan pemberian terapi pengganti ginjal. Namun, terobosan terapeutik akhir-akhir ini menitikberatkan pada pencegahan atau menghambat progresivitas dan mengurangi komplikasi seperti penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal, yang pada akhirnya memperpanjang kualitas hidup pasien dengan PGK.
Selain menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit ginjal. Skrining dan deteksi dini khususnya pada populasi yang berisiko juga menjadi salah satu hal yang sangat penting.

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Dr. dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH menuturkan, ginjal memiliki fungsi yang banyak diantaranya filtrasi toksin, kontrol tekanan darah, serta produksi sel darah merah.
"Serta menjaga kesehatan tulang, menjaga kadar mineral dan garam, serta mengatur keasaman darah," tuturnya pada konferensi pers hari Ginjal Sedunia 2025, Rabu, 12 Maret 2025.
Menurutnya, penyakit Ginjal Kronik pada awal umumnya tidak terdeteksi hingga 90% fungsi ginjal hilang, dan dapat berkembang menjadi gagal ginjal. PGK diperkirakan akan menduduki peringkat ke-5 penyakit terbanyak pada tahun 2040.
Penyebab gagal ginjal terbanyak di Indonesia adalah hipertensi dan diabetes, dimana jika ditangani lebih awal kondisi ini dapat dicegah.
“Beban global yang besar pada PGK menyebabkan skrining terhadap PGK penting dilakukan. Skrining tertarget dapat menurunkan biaya akibat PGK," jelasnya.
"Pengobatan PGK secara dini dapat memperlama onset seorang pasien untuk jatuh ke gagal ginjal sehingga penghematan biaya untuk terapi pengganti ginjal akan lebih banyak," sambungnya.
Ketua Umum National Kidney Foundation (NKF) Indonesia, Komjen Pol (Purn.) Suhardi Alius, MH mengatakan, kehadiran NKF sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ginjal.
“NKF Indonesia hadir untuk ikut serta dalam menjaga ginjal sehat di Indonesia dengan salah satu tujuan dari NKF Indonesia adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ginjal dalam rangka mencegah dan mengobati penyakit ginjal," katanya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, mengatakan, perilaku yang kurang baik, seperti kurangnya konsumsi cairan serta sedentary life style, menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menimbulkan terjadinya penurunan fungsi ginjal.
"Sehingga, perbaikan pola hidup menjadi penting untuk mencegah terjadinya penyakit ginjal kronik. Deteksi dini kesehatan ginjal juga tidak boleh luput untuk dilakukan," katanya.
Menurutnya, cek kesehatan gratis (CKG) merupakan program yang saat ini telah diimplementasi di mana salah satunya melakukan skrining kesehatan ginjal.
"Pasien dengan diabetes, hipertensi, obesitas dan dislipidemia merupakan target untuk dilakukan skrining kesehatan ginjal ini," jelasnya.
Selain itu, kebijakan deteksi dini untuk individu yang berisiko harus diterapkan secara nasional untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan terkait gagal ginjal dan meningkatkan kualitas hidup.
Klinisi pada layanan primer dan petugas kesehatan garis depan harus dilatih untuk mengintegrasikan beberapa pemeriksaan untuk PGK ke dalam perawatan rutin bagi populasi berisiko tinggi, bahkan ketika waktu dan sumber daya terbatas.
Di tempat yang sama, Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan, Dr. dr. Ari Dwi Aryani, M.K.M, menyebut bahwa, biaya pelayanan kesehatan gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya, bahkan mencapai Rp. 11 triliun.
"Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) perlu dimarakkan agar semakin banyak pasien yang dilakukan skrining penyakit ginjal. Promosi kesehatan juga harus ditingkatkan," ujarnya.
"Melalui skrining dan promosi kesehatan tersebut diharapkan angka kejadian penyakit ginjal kronis menurun, sehingga pengeluaran untuk gagal ginjal juga berkurang," sambungnya.
Menurutnya, pemeriksaan terkait PGK harus diintegrasikan ke dalam intervensi komunitas yang sudah ada.
"Misalnya, yang menargetkan kesehatan ibu, HIV, tuberkulosis, dan penyakit tidak menular lainnya, untuk menurunkan biaya dan meningkatkan efisiensi," pungkasnya.