
Musikal Keluarga Cemara / foto: Visinema Studios
Jakarta, tvrijakartanews - Drama musikal merupakan bentuk pertunjukan panggung yang menggabungkan seni peran, musik, dan tari secara terpadu dalam menyampaikan cerita. Berbeda dari teater konvensional, drama musikal mengandalkan kekuatan lagu dan koreografi untuk menghidupkan emosi serta memperkuat pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Lewat format ini, penonton tidak hanya menyaksikan narasi secara verbal, tetapi juga diajak ikut larut melalui ekspresi visual dan musikal yang menyentuh.
Drama musikal juga sering dianggap sebagai medium yang efektif dalam pendidikan karakter, karena menyuguhkan nilai-nilai kehidupan melalui pengalaman estetis. Di banyak negara, bentuk seni ini menjadi jembatan antara hiburan dan pembelajaran, terutama bagi anak-anak dan keluarga.
Di Indonesia, pertunjukan musikal dengan nilai edukatif masih tergolong langka. Namun, Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 hadir sebagai salah satu karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menyentuh emosi keluarga Indonesia.
Pertunjukan ini merupakan adaptasi dari kisah legendaris Keluarga Cemara yang dikenal luas sejak era 90-an, dan telah dihidupkan kembali lewat film layar lebar dan animasi. Kini, dalam bentuk drama musikal, kisah hangat keluarga Abah dan Emak disampaikan lewat 30 kali pementasan di Ciputra Artpreneur, Jakarta, mulai 20 Juni hingga 13 Juli 2025.
Pertunjukan tahun ini akan tampil dengan rasa baru. Setelah sukses menyentuh lebih dari 30.000 penonton pada tahun sebelumnya, tim kreatif kini membawa pendekatan yang lebih emosional. Cristian Imannuell, produser dari Visinema Studios, menjelaskan bahwa transformasi besar terjadi dari sisi tujuan dan rasa.
"Kalau tahun lalu kami fokus ke teknis 'how to deliver and how to finally achieve it' maka tahun ini, kami ingin memperkuat rasa. Kami ingin membangun koneksi yang lebih kuat antara cerita dan perasaan penonton," ujarnya dalam Konferensi Pers Musikal Keluarga Cemara di Ciputra Artpreneur pada Kamis (14/5/25).
Hal tersebut diamini oleh sang sutradara, Pasha Prakasa, yang menyatakan bahwa pendekatan emosi menjadi fondasi baru dalam penggarapan pementasan tahun ini. “Kami menata ulang adegan agar penonton tidak hanya menonton, tapi ikut merasakan. Dengan moving set dan tata panggung baru, serta aransemen musik yang lebih menyentuh, kami ingin menjadikan musikal ini ruang refleksi keluarga,” kata Pasha.
Tak hanya kuat dari sisi teknis dan artistik, Pertunjukan Musikal Keluarga Cemara juga menjadi wahana pendidikan budaya. Menurut Billy Gamaliel, Program Manager Indonesia Kaya sekaligus produser pertunjukan, pertunjukan ini menjadi bentuk nyata komitmen dalam merawat seni pertunjukan Indonesia.
“Panggung bukan hanya ruang hiburan, tapi medium penting untuk merawat jati diri bangsa. Kisah Keluarga Cemara menyampaikan nilai-nilai kesederhanaan, kerja sama, dan cinta tulus yang tetap relevan lintas generasi,” ujarnya.
Dengan melibatkan 35 pemain berbakat dan dukungan dari berbagai pelaku seni pertunjukan tanah air, Keluarga Cemara 2025 bukan hanya menjadi pentas, tetapi juga panggung belajar, baik bagi para pelakunya maupun penontonnya.
Cristian Imannuell juga menambahkan bahwa ke depannya, musikal ini dirancang untuk menjadi panggung kolaboratif yang melibatkan lebih banyak pihak. “Kami ingin lebih banyak orang menjadi bagian dari keluarga. Akan ada kolaborasi dengan banyak artis, tidak hanya dari musik tapi juga dari dunia desain grafis dan visual. Tunggu saja pengumumannya,” tutupnya dengan penuh antusias.