
Foto: AnSk on Shutterstock
Jakarta, tvrijakartanews - Xylitol dikenal sebagai pengganti gula populer yang ditemukan dalam segala hal mulai dari permen karet bebas gula hingga makanan yang dipanggang dan bahkan pasta gigi. Pemanis rendah kalori ini, bagian dari kelas senyawa yang disebut gula alkohol, disebut-sebut sebagai alternatif gula yang lebih sehat. Namun, penelitian baru dari Klinik Cleveland menunjukkan bahwa mengonsumsi xylitol dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah, meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular serius seperti serangan jantung dan stroke.
Melansir dari study finds (07/06) xylitol adalah gula alkohol alami yang ditemukan dalam jumlah kecil di banyak buah dan sayuran. Ia memiliki struktur kimia yang mirip dengan gula tetapi dengan kalori lebih sedikit. Selama dekade terakhir, penggunaan xylitol dan pengganti gula lainnya meroket karena konsumen mencari pilihan yang lebih sehat. Produsen makanan sering kali mempromosikan produk yang mengandung xylitol sebagai pilihan yang lebih baik bagi mereka yang ingin mengatur berat badan atau mengontrol kadar gula darah.
Dipimpin oleh Dr. Stanley Hazen, tim peneliti Klinik Cleveland menganalisis data lebih dari 3.000 pasien di AS dan Eropa. Mereka menemukan bahwa individu dengan kadar xylitol tertinggi dalam darahnya memiliki risiko 33% lebih besar mengalami kejadian kardiovaskular dalam waktu tiga tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar xylitol terendah.
Untuk mengonfirmasi temuan tersebut, para peneliti melakukan tes laboratorium yang menunjukkan bahwa xylitol menyebabkan trombosit, sel darah yang bertanggung jawab untuk pembekuan, menjadi lebih reaktif. Aktivitas trombosit yang meningkat ini dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Dalam uji klinis, peserta yang mengonsumsi minuman yang diberi pemanis xylitol langsung mengalami peningkatan reaktivitas trombosit dibandingkan dengan mereka yang meminum minuman yang diberi pemanis glukosa.
“Studi ini sekali lagi menunjukkan perlunya segera menyelidiki gula alkohol dan pemanis buatan, terutama karena bahan-bahan tersebut terus direkomendasikan untuk memerangi kondisi seperti obesitas atau diabetes. Bukan berarti membuang pasta gigi jika mengandung xylitol, namun perlu diwaspadai bahwa konsumsi produk yang mengandung kadar xylitol tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian terkait penggumpalan darah,” kata Dr. Hazen.
Meskipun penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai potensi risiko jantung yang terkait dengan konsumsi xylitol, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini menunjukkan adanya hubungan, bukan hubungan sebab-akibat langsung. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menilai keamanan jangka panjang xylitol.
Jika seseorang rutin mengonsumsi produk yang mengandung xylitol atau pengganti gula lainnya, ada baiknya untuk mendiskusikan kebiasaan pola makan dengan dokter atau ahli diet terdaftar. Mereka dapat memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi dan membantu membuat pilihan yang tepat mengenai asupan makanan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Seiring dengan meningkatnya popularitas pengganti gula, penting untuk tetap mewaspadai potensi dampak kesehatannya. Meskipun xylitol mungkin tampak seperti alternatif gula yang menggiurkan, mengonsumsinya dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular yang serius. Dengan tetap mendapatkan informasi dan membuat pilihan makanan yang cerdas melalui konsultasi dengan profesional kesehatan, dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi kesehatan jantung.