Bukan Hanya Diajarkan Ilmu Agama, Pesantren di Bogor Juga Ajarkan Ilmu Tentang Lingkungan
FeatureNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Berlokasi wilayah Desa Carangpulang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar Bogor berfokus pada memadukan pendidikan ekologi dan Islam dalam kurikulumnya / Foto: Dimas Yuga Pratama

Bogor, tvrijakartanews - Pesantren Misykat Al-Anwar Bogor memiliki pendidikan yang unik bagi santrinya. Selain mempelajari ilmu agama, santri juga diajarkan tentang lingkungan dan cara melestarikannya.

Berlokasi wilayah Desa Carangpulang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Pesantren Ekologi Misykat Al-Anwar Bogor berfokus pada memadukan pendidikan ekologi dan Islam dalam kurikulumnya.

Pendekatan ini didukung oleh konsep pendidikan informal atau alternatif yang mencakup nilai-nilai inklusif, Islam ahlussunnah waljamaah, ekologis, kritis, dan tentunya humanis.

Pengasuh Pesantren Misykat Al-Anwar, Fahmi Saiyfuddin mengatakan, dia mengelola pesantren ini bersama dua orang lainnya.

Adapun tugas mereka, yakni mengelola dan juga sebagai pengajar dari tempat ini. Meski tak memiliki tenaga pengajar tetap, mereka bertiga terbukti bisa mengelola pesantren ini sejak 2019 lalu.

"Awalnya ini program ekologi yang keliling diajarkan di sejumlah pesantren di Indonesia pada tahun 2016 silam," katanya kepada tvrinakartanews.com.

"Kemudian Gus Roy (pengasuh utama) pindah dan menetap di sini dan dititipkan anak untuk dididik akhirnya timbul inisiatif untuk membuat pesantren ini," sambungnya.

Fahmi menjelaskan, pesantren ini mengajarkan cara melestarikan lingkungan. Di mana, para santri diajarkan tentang kondisi alam dan lingkungan saat ini. Serta juga cara mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

Selain itu, mereka juga diberikan dasar teori sosial ekologi politik, eco-feminism, filsafat ilmu, multikulturalisme, dan lain sebagainya.

"Santri tidak hanya diberikan teori namun ikut mempraktekkan pelestarian lingkungan. Mulai dari pembatasan sampah dan menanam sayuran sendiri," jelasnya.

Menurutnya, lokasi yang ditempati pesantren ini merupakan lokasi kedua. Setelah sebelumnya mereka pindah sekitar 1 tahun belakangan.

Uniknya, di tempat ini mereka memiliki kebun sendiri yang digunakan untuk menanam berbagai macam sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi.

"Ini upaya kita untuk makan apa yang kita tanam dan kita tahu apa dan bagaimana proses yang kita makan sebagai bagian dari ekologi itu sendiri," bebernya.

Keunikan lainnya terletak pada bangunan pesantren yang dibangun dengan prinsip ramah lingkungan.

Seperti penggunaan bahan-bahan bekas, ruangan yang didesain kaya akan cahaya dan angin, dan juga menggunakan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah.

"Kami hemat listrik karena desain pondok ini cahaya masuk dari mana saja dan sirkulasi angin juga masuk dengan baik," pungkasnya.

Sementara itu, Pengasuh Utama Pesantren Misykat Al-Anwar, Gus Roy menjelaskan bahwa, tempat ini sebenarnya serupa dengan pesantren pada umumnya.

Ilmu agama Islam seperti Al-Quran dan hadis tetap diterapkan. Hanya saja, di tempat ini santri juga dilatih untuk mengembangkan minatnya sendiri dan diajak untuk peduli terhadap lingkungannya.

Aturan yang dimiliki pesantren ini juga berbeda, mereka hanya memiliki 2 kelas dalam sehari dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan santri.

Adapun nama Misykat Al-Anwar itu dari karya Imam Al-Ghazali artinya sendiri misykat al-anwar yaitu cahaya di atas cahaya.

Cahaya yang dimaksud yaitu cahaya spiritualitas yang tidak boleh hanya berorientasi akhirat, tapi juga merawat kehidupan di bumi agar bisa berkelanjutan.

"Kami dan pesantren lain yang membedakan itu selain kami tidak ketat aturannya, kami juga mengajarkan ekologi dan mempraktekkannya. Kami ini kedua setahu saya, yang pertama itu ada di Garut pesantren ekologi Ath-Thaariq," jelasnya.

Walau pesantren ini sekilas merupakan informal namun terdapat dua tingkatan di pesantren ini yaitu SMP dan SMA dengan jumlah siswa keseluruhan 22 siswa.

Sama seperti sekolah pada umumnya, waktu belajar yang akan ditempuh para santri yaitu tiga tahun. Nantinya, mereka memiliki ijazah yang didapatkan lewat ujian kesetaraan.

"Jadi ada ujian kesetaraan yang diberikan untuk siswa yaitu paket B dan C sehingga siswa yang lulus bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya baik SMA maupun perguruan tinggi," sebutnya.

Meski belum stabil dalam hal dana operasional, lanjutnya, dia akan tetap berusaha untuk mengembangkan pesantren ini.

"Kami memang menerima santri dari berbagai kalangan sehingga semua uang pendidikan itu menyesuaikan dengan latar belakang santri," tandasnya.

"Walaupun belum stabil namun kami tetap akan berencana mengembangkan pesantren ini," lanjutnya.