
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Tim penyelamat berlomba untuk memberikan air kepada monyet howler yang mengalami dehidrasi di hutan Meksiko selatan, setelah puluhan kematian dilaporkan di tengah gelombang panas yang dahsyat pada hari Rabu (22/5).
Ahli Konservasi Satwa Liat, Gilberto Poza mengatakan hal ini merupakan konsekuensi dari aktivitas manusia yang melakukan penggundulan hutan, kebakaran hutan, kebakaran lahan pertanian, penebangan pohon hingga perburuan.
"Yang terpenting, degradasi ekosistem tempat semua spesies ini hidup dan sistem pertanian kakao. Lalu, monyet tidak menemukan habitat untuk hidup sehingga perlu turun tangan untuk konservasi. Hal ini akan merugikan kita lebih dari sekedar melestarikan sumber daya kita,” kata Gilberto.
Di hutan di luar Camalcalco, Tabasco, brigade membantu monyet-monyet yang lemah. Asosiasi Sipil Konservasi untuk Keanekaragaman Hayati Usumancita mengatakan lebih dari 100 orang telah meninggal akibat gelombang panas.
Monyet-monyet howler yang terancam punah telah mati di pepohonan di hutan tropis tenggara Meksiko dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekeringan dan panas yang menyebabkan suhu melonjak di sebagian besar wilayah negara itu.
Di negara bagian Tabasco, yang minggu ini suhunya diperkirakan melampaui 45C (113°F), media lokal telah melaporkan sebanyak 85 kematian, sementara pemerintah setempat telah mengkonfirmasi tren tersebut tanpa menyebutkan jumlah korban jiwa.
Dalam sebuah pernyataan pada akhir pekan, badan Perlindungan Sipil Tabasco mengaitkan kematian tersebut dengan dehidrasi.