Televisi Republik Indonesia (TVRI) menggelar konferensi pers Jendela Rumah Kita Reborn. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Televisi Republik Indonesia (TVRI) Kembali menghadirkan Jendela Rumah Kita. Sebuah series yang menceritakan dinamika kehidupan keluarga Indonesia.
Jendela Rumah Kita Reborn ini mengangkat problematika kehidupan masyarakat. Namun berbeda dengan serial pertamanya yang tayang di tahun 1989. Kali ini serial keluarga itu mencoba mengangkat cerita yang lebih modern dengan berbagai problem sosial yang ada di masyarakat.
Direktur Utama LPP TVRI, Iman Brotoseno mengatakan TVRI sebagai lembaga televisi publik diberikan tugas untuk menyajikan hiburan yang mencerdaskan masyarakat. Hal ini bentuk kepedulian bahwa sudah sekian lama tidak menghadirkan serial-serial ataupun film-film drama.
"Padahal dulu kita punya legacy, zaman dulu sangat terkenal kita punya legacy mulai dari Losmen, Rumah Masa Depan, Jendela Rumah Kita, ACI sehingga itu merupakan sebuah karya-karya memiliki pesan yang berbeda sebenarnya," kata Iman ditemui di Kantor TVRI, Jakarta, Kamis (7/11/2024).
Iman menambahkan serial Jendela Rumah Kita Reborn memiliki muatan-muatan konten yang menarik dengan situasi kekinian, akan tetapi serial ini dihadirkan dengan versi baru.
"Tentunya pesan tetap sama, ada persahabatan, ada nilai kepedulian terhadap sesama, kesadaran sosial, pesan yang ada versi jendela rumah kita versi aslinya," ungkap Iman.
Dikatakan Iman, Jendela Rumah Kita Reborn menjadi brandmark TVRI harus memiliki kesadaran dalam membangun sebuah peradaban baru dari sebuah acara tayangan. Tadi seperti yang disampaikan Dede Yusuf sebagai tokoh utama dari karakter Jendela Rumah Kita berharap bahwa TVRI harus memiliki solusi untuk mencerdaskan dengan cara melalui hiburan ini.
"Tugas itu yang kita emban dan saya berharap sinetron ini menjadi salah satu acara unggulan dari TVRI," tutur Iman.
Menurut Iman, peran-peran karakter pemain pada Jendela Rumah Kita Reborn sama seperti sebelumnya. Namun ada perubahan-perubahan karakter, karena setiap punya karakter punya cara sendiri untuk memerankan karakternya.
"Tapi yang penting serial ini mendapatkan tempat di masyarakat. karena tentu saja ini memiliki nilai-nilai yang mungkin berbeda gaya dari sinetron televisi sebelah," jelasnya.
Sementara itu, pemeran tokoh Jojo versi lama Dede Yusuf mengatakan kebanggaannya atas upaya untuk kembali menghadirkan sinetron yang mengangkat isu kekinian serta pentingnya pendidikan karakter.
"Semoga 'Jendela Rumah Kita Reborn' bisa menjadi terobosan baru dalam mendidik karakter generasi muda yang mulai luntur di tengah masyarakat," tutur Dede Yusuf.
Menurut Dede, Jendela Rumah Kita versi original memiliki latar belakangnya kesetiakawanan sosial nasional, kebetulan dibuat oleh Kementerian Sosial pada waktu itu. Namun saat ditayangkan melalui LPP TVRI itu ini tentunya konsepnya lebih banyak lagi bukan dari Kemensos, ada fenomana pilkada, ada makan gizi bergizi gratis dan lain-lain.
"Menurut saya apapun itu ketika pemerintahan melalui LPP ini membuat sebuah konten-konten kreatif yang sesuai pada zamannya ada judi online, menarik mungkin ditarik garis benang merah jendela rumah kita saat itu segmen generasi muda, pada saat itu saya gen Z pada saat itu," ujar Dede.
Sebagai informasi, Serial keluarga ini pertama kali tayang di TVRI pada tahun 1989 dan rencananya akan kembali tayang dengan nuansa baru atau modern pada November 2024 mendatang.
Berbeda dengan Jendela Rumah Kita sebelumnya, Jendela Rumah Kita Reborn akan mengangkat cerita yang lebih kekinian dengan berbagai problem sosial yang ada di masyarakat.
Jendela Rumah Kita Reborn menceritakan seorang dokter yang idealis bernama Dr. Dedi. Ia tinggal bersama istri dan anaknya yakni Niniek dan Anna.
Jendela Rumah Kita Reborn hadir sebagai sinetron yang penuh balutan emosi dan refleksi tentang kekuatan keluarga dalam menghadapi perubahan zaman. Dengan latar belakang yang kaya dan cerita yang mengharukan, sinetron ini bertujuan menyentuh hati penonton dan menawarkan pandangan yang dalam tentang dinamika keluarga Indonesia di era modern.