
Gubernur Banten Terpilih, Andra Soni / foto: Andra Soni
Serang, tvrijakartanews - Nama Andra Soni semakin dikenal publik dalam setahun terakhir, terutama setelah berhasil menumbangkan dominasi politik klan Ratu Atut Chosiyah, yang sebelumnya hampir tak terkalahkan di Banten.
Dalam rekapitulasi suara yang diumumkan KPU, pasangan Andra Soni dan Dimyati meraih 55,88 persen suara atau sebanyak 3.102.501 suara, mengungguli pasangan Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi yang memperoleh 44,12 persen atau 2.449.183 suara.
Namun, di balik kesuksesannya di panggung politik, Andra memiliki kisah hidup yang penuh perjuangan. Berdasarkan video biografi berdurasi 4 menit 23 detik yang diterima TVRI, pria kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, pada 12 Agustus 1976 ini harus pontang-panting mencari biaya sendiri demi bersekolah.
Masa Kecil yang Berat
Kehidupan Andra sejak kecil tidaklah mudah. Ia berasal dari keluarga sederhana; orang tuanya, Zainal Abidin dan Yasni, bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Akibat keterbatasan ekonomi, keluarga Andra hidup berpindah-pindah.
Demi mencari penghidupan yang lebih baik, ayahnya membawa keluarga mereka merantau ke Pekanbaru, Provinsi Riau, untuk menjadi kuli bangunan. Bahkan, kedua orang tua Andra pernah menjadi tenaga kerja ilegal di perkebunan sawit Malaysia, meskipun nyawa menjadi taruhan.
Dalam perjalanan melintasi Selat Malaka menuju Malaysia, Andra kecil yang saat itu berusia lima tahun harus menghadapi ketakutan besar melawan gelombang laut. “Bisikan ayahnya bahwa di Negeri Jiran pasti ada kehidupan yang lebih baik,” menjadi penyemangat Andra saat itu.
Berjualan Demi Sekolah
Di Malaysia, Andra kecil membantu keluarga dengan berjualan kue keranjang dan es lilin untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus membiayai sekolahnya. Namun, karena status ilegalnya, Andra harus berhenti bersekolah.
Keteguhan hatinya untuk terus belajar membuatnya kembali ke Indonesia, tinggal bersama kakaknya di Jakarta. Di sana, ia melanjutkan pendidikan di SDN Gandaria 03 dan SMP 240 Jakarta. Namun, hidupnya tetap penuh tantangan.
Ketika duduk di kelas 2 SMP, Andra diangkat menjadi anak oleh orang tua temannya karena harus bolak-balik dari Ciledug, Banten, tempat kakaknya tinggal. Setelah lulus SMP, ia kembali merasakan kehidupan yang tidak stabil dengan berpindah-pindah sekolah, mulai dari SMA 46 Jakarta, SMA Bhineka di Yogyakarta, hingga SMA 10 Nopember di Bandung.
Berjuang di Masa Dewasa
Selepas SMA, Andra bekerja sebagai kontraktor lift dan elevator untuk membiayai kuliahnya di STIE Bhakti Pembangunan. Namun, krisis moneter membuatnya kehilangan pekerjaan. Ia beralih menjadi kurir paket, hingga akhirnya diangkat menjadi manajer. Ketekunan itu membawanya menyelesaikan kuliah dan merayakan wisuda.
Dengan pengalaman kerja dan ilmu yang dimilikinya, Andra mendirikan perusahaan logistik bernama Antaran Sukses Logistik. Setelah memiliki kestabilan finansial, Andra memutuskan untuk masuk ke dunia politik pada tahun 2014, terpilih sebagai anggota DPRD Banten.
Lima tahun kemudian, ia dipercaya menjadi Ketua DPRD Banten dan memimpin DPD Gerindra Banten setelah Desmond Mahesa meninggal dunia.
Maju sebagai Gubernur Banten
Di tahun 2024, Andra mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto, untuk maju dalam Pilgub Banten. Meski sempat dipandang sebelah mata karena elektabilitasnya rendah, Andra membawa visi “Sekolah Gratis dan Tidak Korupsi.”
Pengalamannya yang pahit dalam berjuang untuk pendidikan menjadi motivasi utamanya agar masyarakat Banten yang kurang mampu tidak mengalami hal serupa. Ia menekankan sikap anti-korupsi sebagai kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada 27 November 2024, Andra Soni resmi terpilih sebagai Gubernur Banten setelah meraih kepercayaan mayoritas masyarakat Banten. Kini, ia siap membawa perubahan bagi daerah yang telah menjadi bagian besar dari perjuangan hidupnya.