Pertumbuhan Lapangan Kerja AS Meningkat, Rupiah Terpuruk 93 Poin pada Penutupan Perdagangan
EkonomiNewsHot
Redaktur: Citra Sandy Anastasia

Ilustrasi rupiah. (Freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,57 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan mata uang garuda disebabkan pertumbuhan lapangan kerja AS meningkat secara tak terduga pada bulan Desember, dan tingkat pengangguran menurun.

Dikutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,57 persen menjadi Rp16.283 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah melemah 91 poin atau 0,56 persen menjadi Rp16.270 per dolar AS.

"Pertumbuhan lapangan pekerjaan dan tingkat pengangguran AS menurun. Hal menandakan akhir tahun 2024 yang kuat bagi pasar tenaga kerja. Hal ini mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tetap bulan ini," kata Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (13/1/2025).

Ibrahim mengatakan Selain itu, Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia pada hari Jumat. Sanksi baru tersebut mencakup produsen Gazprom Neft dan Surgutneftegas.

"Serta 183 kapal yang telah mengirimkan minyak Rusia, yang menargetkan pendapatan yang telah digunakan Moskow untuk mendanai perangnya dengan Ukraina," ujarnya.

Menurutnya, fokus sekarang adalah pada data inflasi AS yang akan datang, yang akan dirilis pada hari Rabu, untuk isyarat lebih lanjut tentang prospek suku bunga Fed.

"Bank sentral mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat dan kekuatan di pasar tenaga kerja akan memberinya lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga tinggi," ungkapnya.

Analis Goldman Sachs mengatakan dalam catatan baru-baru ini bahwa mereka sekarang memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga hanya dua kali tahun ini, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya tentang tiga kali pemotongan.

"Suku bunga terminal bank sentral juga diperkirakan akan lebih tinggi dalam siklus pelonggaran ini," tuturnya.

Tiongkok akan merilis beberapa indikator ekonomi utama yang akan memberikan wawasan tentang kinerja ekonominya pada penutupan tahun 2024.

"Angka Produk Domestik Bruto (PDB) akan dirilis pada hari Jumat. Selain itu, data produksi industri Desember, dan angka penjualan ritel juga akan dirilis pada hari Jumat," tambahnya.

Dari internal, Ibrahim menjelaskan 1. Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan eceran atau ritel yang mengalami peningkatan tipis pada Desember 2024, penyebab utama menggeliatnya industri ritel di Indonesia hingga akhir 2024.

"Peningkatan IPR pada Desember 2024 secara tahunan tersebut bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman dan tembakau," ucapnya.

Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4 persen (mtm). Kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah subkelompok sandang, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta suku cadang dan aksesori.

Menurutnya, hal itu sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.

Pada November 2024, IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5 persen (yoy). Pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau.

Ibrahim memprediksi untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.1270 - Rp16.350.