Ilustrasi rupiah. (Freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 13 poin atau 0,08 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan mata uang garuda seiring para pedagang berspekulasi tentang seberapa parah tarif perdagangan yang direncanakan Presiden terpilih Donald Trump.
Dikutip data Bloomberg, rupiah menguat 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.270 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance, rupiah menguat 9 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.260 per dolar AS.
"Selain itu, pasar juga menunggu lebih banyak isyarat tentang suku bunga AS dari data inflasi utama yang akan dirilis minggu ini, dengan dolar tetap mendekati level tertinggi dua tahun untuk mengantisipasi data tersebut," kata Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (14/1/2025).
Ibrahim menjelaskan tim Trump sedang mempersiapkan rencana untuk penerapan tarif perdagangan secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang, Bloomberg melaporkan pada hari Senin.
"Meskipun tidak jelas apakah Presiden terpilih akan menindaklanjuti rencana tersebut," ujarnya.
Menurutnya, rencana tersebut akan melibatkan kenaikan tarif antara 2 persen hingga 5 persen setiap bulan, dan akan memberi Washington lebih banyak pengaruh dalam negosiasi perdagangan, sekaligus mencegah lonjakan inflasi yang tiba-tiba karena bea masuk.
Namun, hal ini sebagian besar diimbangi oleh kekhawatiran bahwa tarif juga akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi, sehingga suku bunga tetap bertahan lebih lama.
"Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif impor yang tinggi sejak "hari pertama" menjabat sebagai presiden, dengan janji bea masuk sebesar 60 persen terhadap Tiongkok menjadi perhatian utama," tuturnya.
Fokus minggu ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Rabu, yang diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga.
Inflasi yang tinggi dan kekuatan di pasar tenaga kerja diharapkan dapat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi - tren yang menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas dan logam lainnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim menjelaskan pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1 persen pada 2024, karena mampu menjaga pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang solid sebesar 4,95 persen (year on year) pada triwulan III-2024 yang mencerminkan ketahanan dan daya saing ekonomi.
"Selain itu, indikator sektor riil juga menunjukan angka postif, di antaranya, PMI Manufaktur yang tetap ekspansif di level 51,2, dengan permintaan domestik yang kuat dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga terus optimis yakni pada Desember 2024 adalah 127,7, serta Indeks Penjualan Riil (IPR) juga tumbuh positif," ungkapnya.
Disamping itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 juga terdongkrak oleh beberapa kebijakan dan kegiatan ekonomi yang lebih bergeliat di akhir tahun, yaitu jelang Natal dan Tahun Baru lalu seperti program mudik gratis, diskon harga tiket pesawat.
Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tetap bagus, Pemerintah telah mengeluarkan juga berbagai Paket Stimulus Ekonomi yang telah dirilis di akhir 2024 lalu, seperti bantuan pangan/beras, diskon listrik 50 persen untuk 2 bulan, PPN DTP properti dan otomotif, serta insentif PPh Pasal 21 DTP untuk sektor padat karya.
Salah satu modal yang dimiliki Indonesia adalah potensi kelas menengah yang besar, sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Jumlah kelas menengah Indonesia sangat signifikan, dengan proporsi mencapai 66,35 perseni dari total penduduk.
"Jadi, Pemerintah secara konsisten memberi dukungan untuk kelas menengah melalui berbagai program seperti subsidi, insentif pajak, dukungan akses pembiayaan usaha, serta peningkatan kapasitas SDM," imbuhnya.
Ibrahim memprediksi untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.1260 - Rp16.320.