Ilustrasi barang konsumsi. (freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman mengatakan indeks barang impor menunjukkan pelemahan daya beli masyarakat dan aktivitas manufaktur. Penurunan pada katergori barang konsumsi minus 16,91 persen secara year on year (yoy) pada Desember 2024, sedangkan impor barang modal juga minus 10,57 persen yoy di Desember 2024.
"Penurunan barang konsumsi ini mencerminkan lemahnya daya beli domestik," kata Rizal dalam keteranganya melalui daring di Jakarta, Rabu (29/1).
Rizal menambahkan untuk penurunan impor barang menunjukkan aktivitas investasi yang melambat baik itu di sektor publik maupun swasta. Hal ini ditengarai adanya upaya efisiensi impor oleh pelaku usaha yang disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang tidak stabil, atau karena pengendalian fiskal yang ketat di domestik.
Menurut Rizal, penurunan impor bahan baku/penolong yang minus 5,22 persen di Desember 2024 patut diwaspadai.
"Kenapa ini perlu diwaspadai? Karena akan berpengaruh ke kapasitas produksi domestik terutama manufaktur. Dan ini tentu akan mempengaruhi terhadap daya beli masyarakat," tuturnya.
Dikatakan Rizal, kinerja Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia selama periode Oktober-November 2024 mengalami fase kontraksi yang cukup dalam di bawah 50, yakni masing-masing berada di level 49,2 dan 49,6.
"Ini mengindikasikan begitu beratnya industri manufaktur bisa bersaing di pasar," pungkasnya.