Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi belanja negara sampai dengan semester I-2025 sebesar Rp1.407,1 triliun atau 38,8 persen dari target APBN 2025.

"Untuk belanja negara ada sedikit koreksi jadi Rp1.407,1 triliun, dengan rincian belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.006,5 triliun dan transfer ke daerah Rp400,6 triliun," kata Sri Mulyani dalam keterangan di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Sri Mulyani menambahkan belanja negara tumbuh tipis mencapai 0,6 persen (yoy). Hal ini karena pertumbuhan belanja negara mencerminkan upaya pemerintah menjalankan kebijakan countercyclical di tengah dinamika global dan regional.

Menurutnya, belanja difokuskan guna mendukung pencapaian target pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, hingga penguatan ekonomi daerah melalui program makan bergizi gratis (MBG) dan pemberdayaan desa serta UMKM.

"Jadi belanja juga diarahkan pada program prioritas nasional, antara lain penguatan ketahanan pangan dan energi," ujarnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan pendapatan negara pada periode yang sama tercatat sebesar Rp1.210,1 triliun atau 40 persen dari target APBN.

"Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan Rp985,3 triliun, PNBP Rp224,2 triliun, dan hibah Rp0,6 triliun," tuturnya.

Meski demikian, Bendahara Negara mengungkapkan bahwa pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 9 persen secara tahunan.

Penurunan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan kebijakan fiskal, seperti tren penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP), pengalihan dividen BUMN ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, serta penerapan terbatas PPN terhadap barang mewah.

Adapun dengan kondisi tersebut, pemerintah mencatat defisit anggaran sebesar Rp197 triliun atau 0,81 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini melebar dibandingkan defisit pada semester I 2024 yang hanya sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB.

"Pelebaran defisit terutama disebabkan oleh penurunan penerimaan negara, terutama pada Januari dan Februari 2025. Namun, kita berharap kondisi akan membaik di semester II," imbuhnya.