
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat kerja dengan DPR RI. (Tangkap layar laman resmi Kemenkeu)
Jakarta, tvrijakartanews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi ekonomi di Indonesia masih cukup resilien. Inflasi inti masih terjaga di level 1,9 persen. Ekspor juga relatif terjaga meski Presiden Trump mengumumkan tarif liberation day di April.
"Sedangkan neraca perdagangan terjadi kenaikan surplus di bulan Mei," kata Sri Mulyani dikutip dalam laman resmi Kemenkeu di Jakarta, Sabtu (5/7/2025).
Sri Mulyani menuturkan aktivitas manufaktur domestik memasuki zona kontraksi mencerminkan dampak dari pelemahan global. Penjualan semen yang sempat melesat di April turun menjadi negatif pada Mei, diikuti penurunan signifikan pada penjualan mobil.
Menurutnya, volatilitas sektor keuangan makin bergejolak dengan aksi Presiden Trump mengumumkan tarif sepihak dan juga dengan perang di Timur Tengah yang makin melonjak.
"Ini menggambarkan bahwa sekarang mulai masuk dampak global itu terhadap pertumbuhan komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujarnya.
Dikatakan Sri Mulyani, pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi ke-2 di Triwulan II-2025. Menkeu mengatakan, paket stimulus ini ditujukan untuk beberapa aktivitas yang diperkirakan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.
Diskon transportasi diberikan untuk diskon tiket kereta, tiket pesawat, dan tiket angkutan laut selama periode libur sekolah di Juni-Juli 2025 dengan anggaran Rp0,94 triliun. Diskon tarif Tol juga diberikan pada periode libur sekolah dengan anggaran Rp0,65 triliun non-APBN.
"Penebalan bantuan sosial dberikan untuk tambahan kartu sembako sebesar Rp200 ribu per bulan untuk dua bulan dan bantuan beras pangan 10kg per bulan dianggarkan Rp11,93 triliun," jelasnya.
Kemudian, bantuan subsidi upah sebesar Rp300 ribu kepada 17,3 juta pekerja dengan gaji dibawah Rp3,5 juta atau UMP kabupaten/kota, kepada 288 ribu guru Kemendikdasmen dan 277 ribu guru Kemenag dianggarkan Rp10,72 triliun. Lalu, perpanjangan diskon iuran jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja sektor padat karya sebesar Rp0,2 triliun non-APBN.
"Dengan stimulus ini kita harapkan memitigasi kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang memang terus menerus didera tekanan dari global dengan bisa meng-compensate. Sehingga dampak terhadap tarif Presiden Trump yang oleh IMF World Bank untuk Indonesia disebutkan akan menurunkan growth kita ke level 4,7 persen," imbuhnya.