
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. (Tangkap layar YouTube BI)
Jakarta, tvrijakartanews - Bank Indonesia (BI) mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran guna mendukung transformasi ekonomi dan keuangan digital nasional sebagai bagian dari implementasi program Asta Cita.
“Kami terus fokus kepada implementasi 'Blueprint' Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 termasuk untuk konsolidasi industri, pengembangan untuk BI-FAST, inovasi maupun kerja sama antarnegara," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam keterangan pada Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Jumat (4/7/2026).
Perry menambahkan pihaknya mengupayakan agar kartu Nusuk jamaah haji dan umrah Indonesia dapat terintegrasi dengan sistem pembayaran berbasis QRIS dan didukung oleh uang elektronik sehingga memudahkan jamaah dalam bertransaksi selama berada di Arab Saudi.
"Kami juga terus berdiskusi dengan otoritas di Arab Saudi agar QRIS dan uang elektronik Indonesia bisa dimasukkan ke dalam kartu Nusuk," ujarnya.
Menurutnya, langkah tersebut merupakan bagian dari perluasan kerja sama QRIS antarnegara guna mendukung kemudahan transaksi lintas batas bagi masyarakat Indonesia yang bepergian ke luar negeri.
"Kami terus memperluas kerja sama QRIS antarnegara," tuturnya.
Dikatakan Perry, bank sentral juga menargetkan implementasi penggunaan QRIS untuk transaksi outbound di Jepang dapat dimulai pada 17 Agustus 2025.
"Selain itu, BI sedang melakukan uji coba agar QRIS juga bisa disambungkan dengan QR dari China," imbuhnya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta mengatakan pihaknya telah melakukan diskusi dengan Otoritas Moneter Arab Saudi. Saat itu, Kementerian Haji dan Umroh Kerajaan Arab Saudi juga sedang mendorong program penggunaan pembayaran digital bagi jemaah haji dan umrah, terutama untuk negara dengan jumlah jemaah besar seperti Indonesia.
BI juga telah menyepakati sejumlah langkah teknis hingga tahap uji coba (sandbox) dengan otoritas sistem pembayaran Jepang sejak pertengahan Mei 2025.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia berpotensi menarik devisa hingga 8 miliar dolar AS per tahun dari transaksi digital jamaah haji dan umrah melalui sistem pembayaran QRIS.
Kontribusi jamaah Indonesia ke Arab Saudi dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah mencapai sekitar 8 miliar dolar AS per tahun, kata Airlangga, menerangkan.