
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar. (Tangkap layar YouTube OJK)
Jakarta, tvrijakartanews - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta lembaga jasa keuangan (LKJ) untuk terus melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan. Hal ini diharapkan mampu mengambil langkah antisipatif untuk memitigasi potensi peningkatan risiko ketidakpastian global.
"Bila dicermati dan melakukan asesmen berkala terhadap perkembangan kondisi geopolitik global yang berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan dan kinerja debitur sektor riil yang memiliki eksposur terhadap risiko terkait," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam keterangannya dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) Juni 2025 dalam daring di Jakarta, Selasa (8/7/2025).
Mahendra menambahkan bahwa lembaga-lembaga internasional kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dan 2026.
Dia menjelaskan dari laporan terbaru, Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menilai bahwa ketidakpastian perkembangan geopolitik masih membayangi prospek pemulihan ekonomi ke depan.
"Ketidakpastian perdagangan global, utamanya antara AS dan Tiongkok ,sedikit menurun setelah tercapainya kerangka kesepakatan dagang antara kedua negara. Walaupun tentu saja kita melihat perkembangan pada hari ini, keputusan dari AS berkaitan dengan tingkat tarif kepada sejumlah negara-negara lain termasuk Indonesia," jelasnya.
Mahendra menuturkan tensi geopolitik kembali meningkat, terutama di kawasan Timur Tengah saat terjadinya perang Israel dan Iran disusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir utama di Iran.
"Kami mencatat tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak mereda setelah gencatan senjata Israel dan Iran diberlakukan," tuturnya.
Di tengah perkembangan itu, indikator ekonomi global menunjukkan tren moderasi dan sebagian besar di bawah ekspektasi prakiraan sebelumnya, sehingga mendorong kebijakan fiskal dan moneter global yang lebih akomodatif.
Di AS, meski outlook pertumbuhan ekonomi diturunkan, Bank Sentral AS atau The Fed masih belum menurunkan suku bunga dan mempertahankannya, di mana Fed Funds Rate (FFR) di kisaran 4,25 sampai 4,5 persen, menunggu kejelasan kebijakan tarif dan dampaknya terhadap inflasi.
Sementara itu, catat Mahendra, perekonomian domestik masih menunjukkan resiliensi di tengah tekanan global. Laju inflasi terus menurun dengan inflasi inti tercatat termoderasi di level 2,37 persen.