OJK Dorong Sinergi Pelaku Industri dan SRO untuk Perkuat Pasar Modal
EkonomiNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Seminar Emiten 2025. (Humas BEI)

Jakarta, tvrijakartanews - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi juga menyadari bahwa peran pelaku industri dan regulator maupun Self Regulatory Organization (SRO) sangat krusial untuk menjaga resiliensi dan stabilitas pasar modal Indonesia.

“Untuk menjaga hal itu, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi yang baik, sehingga akan menghasilkan kebijakan yang responsif dan strategis,” kata Inarno dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Inarno menambahkan pihaknya telah mengambil beberapa langkah konkret untuk memperkuat pasar modal Indonesia, diantaranya melalui kebijakan peningkatan free float calon emiten baru.

"Hal ini yang bertujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan partisipasi public," ujar Inarno.

Selain itu, Inarno menambahkan pihaknya juga melakukan perubahan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No 30 Tahun 2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum (LRPD), untuk meningkatkan kualitas tata kelola emiten dan memberikan perlindungan bagi masyarakat pemodal.

"Kemudian kami juga menyempurnakan ketentuan terkait Penawaran Umum Saham Secara Elektronik (E-IPO), untuk memperbaiki kualitas penawaran efek saham di pasar perdana dengan menambah golongan penawaran umum dan alokasi investor ritel," ucap Inarno.

Penerbitan Surat Edaran OJK No 10 Tahun 2025 juga menjadi langkah strategis untuk mempermudah pelaporan kepemilikan saham perusahaan terbuka melalui sistem elektronik.

"Dengan kebijakan-kebijakan ini, OJK berharap pasar modal Indonesia dapat semakin transparan, inklusif, dan berkembang," kata Inarno.

Sementara itu, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat mengatakan perusahaan tercatat (emiten) memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sampai saat ini, ada sebanyak 965 emiten yang tercatat di pasar modal Indonesia, yang ditargetkan dapat mencapai 1.000 emiten pada tahun ini.

“KSEI dengan konsisten menjalankan komitmennya dalam menghadirkan inovasi yang berkelanjutan dalam rangka menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih efisien, transparan, dan inklusif, termasuk untuk memberikan kemudahan kepada emiten," ujar Samsul.

Samsul menjelaskan peran KSEI dalam menyediakan fasilitas bagi emiten di pasar modal Indonesia, di antaranya telah melakukan tindakan korporasi sebanyak 4.570 kegiatan pada semester I-2025, atau meningkat 8,07 persen dibandingkan rata-rata 6 bulan selama 2 tahun terakhir.

Nilai tindakan korporasi yang didistribusikan melalui KSEI senilai Rp273 triliun pada semester I- 2025, atau meningkat 10 persen year to date (ytd) dibandingkan akhir tahun 2024.

Sebanyak 961 emiten telah memanfaatkan layanan eASY.KSEI pada semester I- 2025, atau meningkat 3,1 persen (ytd) dibandingkan akhir tahun 2024. Sedangkan jumlah investor yang menggunakan eASY.KSEI meningkat 18 persen (yoy) mencapai 56 ribu dibandingkan akhir 2024.

KSEI memiliki beberapa sistem utama, diantaranya The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST), yang mampu menjalankan instruksi dengan kecepatan 150 ribu transaksi per menit.

Dengan kapasitas itu, KSEI telah menjalankan 246,9 juta instruksi pada semester I- 2025, dengan rata-rata instruksi harian sebanyak 2,3 juta. Sedangkan jumlah efek yang disimpan di C-BEST berjumlah 3.297 efek dengan nilai efek sebesar Rp8.308 triliun pada semester I- 2025.

Selain C-BEST, terdapat juga sistem Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) yang menjalankan transaksi reksa dana dengan rata-rata subscription dan redemption sebanyak 114 ribu per hari.

Jumlah produk investasi pada S-INVEST berjumlah 2.250 dengan Asset Under Management (AUM) sebanyak Rp811 triliun pada semester I- 2025.