Buku "Kamu Tidak Sendirian, Cara Ajarkan Keuangan Pada Anak" / foto: Agung Setiyo Wibowo
Jakarta, tvrijakartanews - Mengajarkan anak tentang uang tidak bisa dilakukan dengan cara yang sama untuk semua usia. Menurut Agung Setiyo Wibowo dalam bukunya Kamu Tidak Sendirian, setiap tahapan perkembangan anak membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam memahami konsep keuangan.
"Kita harus mengenalkan konsep uang sesuai dengan usia anak. Jangan disamakan antara anak kecil dengan remaja, karena tingkat pemahamannya tentu berbeda," ujar Agung saat diwawancarai oleh tvrijakartanews. Ia menjelaskan bahwa anak-anak usia 5-8 tahun perlu dikenalkan dengan hal-hal dasar, seperti menghitung uang, memahami nilai uang, serta membedakan kebutuhan dan keinginan.
Untuk anak-anak yang lebih besar, yakni usia 9-12 tahun, orang tua sudah bisa mulai mengenalkan konsep tabungan, cara membandingkan harga barang, dan mengajarkan bagaimana cara menggunakan uang dengan bijak. Mereka juga bisa diajak berdiskusi tentang bagaimana uang diperoleh dan pentingnya menghargai usaha dalam mendapatkan uang.
Sementara itu, anak-anak usia 13-15 tahun sudah bisa diajarkan tentang perencanaan keuangan sederhana, seperti membuat anggaran bulanan, menabung untuk keperluan tertentu, dan memahami konsep investasi dasar. Pada usia ini, mereka mulai memiliki kesadaran yang lebih besar tentang uang dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.
Di usia 16-18 tahun, pendidikan finansial bisa diperluas ke aspek yang lebih kompleks, seperti investasi, pengelolaan utang, serta cara merencanakan keuangan untuk masa depan. Anak-anak di usia ini juga sudah bisa diberi tanggung jawab finansial yang lebih besar, misalnya dengan memberi mereka uang saku bulanan agar mereka belajar mengelola pengeluaran sendiri.
Dengan metode yang tepat dan sesuai dengan usia anak, literasi keuangan bisa menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Pemahaman yang baik tentang uang sejak kecil akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijak dalam mengelola keuangan di masa depan.