
Toko alat musik di Mosul Irak. Foto : Reuters
Mosul, tvrijakartanews – Setelah masa kelam di bawah kekuasaan ISIS, kota Mosul mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan budaya, berkat usaha musisi lokal seperti Amer Fandar. Pada 2025, Fandar kembali ke kota asalnya dan membuka kembali toko alat musik yang telah ia tutup pada 2014. Ia juga memulai kembali pengajaran musik untuk generasi muda yang ingin melanjutkan tradisi seni yang telah lama terhenti.
Ketika ISIS menguasai Mosul pada 2014, para seniman, termasuk musisi, terpaksa menghentikan aktivitas mereka. Tidak hanya itu, banyak situs bersejarah dan artefak kuno di Mosul yang dihancurkan, sementara penduduk dilarang berkesenian dan banyak kegiatan budaya yang ditangguhkan. Selama tiga tahun pemerintahan yang penuh penindasan dan kekerasan, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, banyak yang tewas atau terluka, dan banyak lagi yang hidup dalam ketakutan.
Amer Fandar, yang sebelumnya memiliki toko alat musik dan mengajarkan musik di Mosul, terpaksa meninggalkan kota setelah ISIS memasuki wilayah tersebut. Ia pindah ke Erbil, dan kemudian ke Turki, di mana ia tinggal sebagai pengungsi bersama keluarganya.
Dalam wawancaranya, Fandar mengenang masa-masa sulit di Mosul. "Pada tahun 2005, 2007, dan 2013, situasi di Mosul sangat sulit. Setiap hari ada bom, dan itu sangat berat. Kami, sebagai musisi, tidak bisa berlatih di bidang kami. Kami biasa pergi dan membuka kantor, dengan rasa takut," ungkap Fandar.
Setelah situasi membaik dan kota Mosul dibebaskan pada 2017, Fandar memutuskan untuk kembali pada 2025. Ia membuka kembali toko alat musik dan kembali mengajarkan musik kepada pemuda Irak yang tertarik untuk belajar. "Saya membuka kantor di daerah Al-Dawasa, dan saya mengajarkan musik. Ada permintaan pada waktu itu, tetapi ketika Daesh (ISIS) masuk ke Mosul, saya adalah orang pertama yang pergi ke utara," katanya.
Mosul dikenal dengan warisan budaya yang kaya dan beragam, dengan populasi yang terdiri dari berbagai kelompok, termasuk Arab, Asiria, Armenia, Turkmen, Kurdi, Yezidi, Shabak, dan Sabean Mandaean. Keberagaman ini merupakan bagian penting dari identitas kota dan kehidupan budaya yang ada.
Kebangkitan seni dan budaya di Mosul membawa harapan baru, tidak hanya bagi seniman, tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang telah lama berjuang melalui masa-masa sulit. Fandar, dengan dedikasi dan semangatnya, berusaha menghidupkan kembali semangat kreatif dan memberikan ruang bagi generasi muda untuk belajar dan berkembang.