
Foto : Dokumentasi Isty/TVRI. Salah satu bangunan di kawasan Pasar Lama yang masih memiliki bentuk asli rumah khas peranakan cina.
Tangerang, tvrijakartanews - Pasar Lama Kota Tangerang telah lama dikenal sebagai kawasan peranakan cina dan kuliner malam. Sayangnya, tak banyak yang tahu ada banyak jejak peninggalan peradaban cina benteng yang tersembunyi di balik bangunan pasar.
Meskipun sudah tergerus banyak bangunan modern, namun masih ada beberapa rumah yang menyisakan atap berbentuk tapal kuda yang merupakan ciri khas rumah peranakan. Selain itu, masih ada juga rumah yang memiliki eksterior cina peranakan seperti bentuk jendela dan pintu yang juga banyak ditemui pada arsitektur rumah betawi.
Salah satu tour guide di Museum Benteng Heritage, Rofi Martin mengatakan bahwa ada dua jenis atap yang biasa digunakan oleh warga cina peranakan, yaitu bentuk tapal kuda dan bentuk sarang walet. Bentuk tapal kuda biasa digunakan oleh warga kelas menengah ke bawah, itu sebabnya banyak ditemui di kawasan Pasar Lama. Sementara bentuk sarang walet biasanya digunakan pada keluarga kelas atas.
"Dulu hampir semua atap rumah di Pasar Lama berbentuk tapal kuda, kalau bentuk sarang walet bisa lihat atapnya klenteng Boen Tek Bio. Salah satu bentuk rumah yang masih asli di sini punya Oey Kim Tiang, salah satu penulis komik silat," ujar Martin, saat ditemui di museum pada Minggu (18/8/2024).
Salah satu klenteng tertua di Tangerang juga terletak di kawasan Pasar Lama, yang sudah dibangun pada tahun 1684 yaitu Klenteng Boen Tek Bio. Klenteng ini pun sudah ditetapkan menjadi cagar budaya Kota Tangerang. Selain klenteng, bangunan tertua lain di wilayah Pasar Lama adalah Bangunan Museum Benteng Heritage. Bangunan yang awalnya merupakan rumah ini diperkirakan dibangun tak lama dari Klenteng Boen Tek Bio. Sampai saat ini kedua bangunan tersebut masih dijaga bentuk aslinya meski sudah mengalami restorasi.
"Salah satu bangunan tertua di Pasar Lama ya bangunan museum ini, diperkirakan dibangun tak lama setelah Boen Tek Bio dibangun. Rumah ini juga jadi salah satu bangunan yang masih menunjukan bangunan khas peranakan cina," lanjutnya.
Tak banyak yang tersisa dari modernisasi yang dilakukan warga Cina Benteng sendiri. Namun hubungan selama ratusan tahun ini juga menghasilkan budaya tak benda seperti pencampuran bahasa. Warga Cina Benteng sendiri memiliki dialek tersendiri yang banyak dipengaruhi oleh akulturasi antara Cina, Sunda dan Melayu. Akulturasi ini akhirnya menghasilkan bahasa baru dan menambah perbendaharaan bahasa Indonesia khususnya untuk orang Tangerang.
"Orang cina benteng itu malah lebih paham bahasa sunda dibanding bahasa hokkian, makanya banyak kosakata yang cuma ada di Tangerang, misalnya jasa artinya banget, cuntang artinya mug atau gelas," lanjut Martin.
Warisan budaya tionghoa pun banyak mempengaruhi budaya setempat, mulai dari bahasa, makanan, sampai adat istiadat. Kota Tangerang hanya satu dari banyak wilayah yang mengalami akulturasi tersebut, dan harmonis sampai saat ini.