Pakar Perkirakan Gunung Rainier di Washington Menyusut Akibat Mencairnya Puncak Es
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: -

Gambar: IFL Science (Bill Perry/Shutterstock.com)

Jakarta, tvrijakartanews - Gunung Rainier adalah ikon lanskap negara bagian Washington. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, gunung ini menarik pengunjung setiap tahun yang ingin mendaki puncaknya atau menjelajahi hutan rimbun dan padang bunga liar di sekitarnya. Perjalanan ke puncak gunung ini mungkin akan semakin mudah karena gunung ini diperkirakan menyusut.

Sejak pertengahan abad ke -19, berbagai survei telah mengukur Gunung Rainier dengan teknik yang semakin akurat. Mengutip IFL Science (12/10) pengukuran paling awal mengandalkan barometer yang dibawa ke puncak, tetapi sebagian besar tidak akurat. Pada musim panas tahun 1914 dan 1956, United States Geological Surgery (USGS) menggunakan metode triangulasi yang mengandalkan sudut dan trigonometri dan jauh lebih akurat untuk mengukur puncaknya.

Pengukuran tahun 1956 menetapkan ketinggian titik tertinggi gunung tersebut, Columbia Crest, pada ketinggian 4.392 meter ( 14.410 kaki). Pengukuran ini tetap menjadi standar yang diakui hingga saat ini. Pada tahun 1998, surveyor dari Land Surveyors Association of Washington (LSAW) melakukan pengukuran GPS (Global Positioning System) pada gunung tersebut, yang bahkan lebih akurat, dan menemukan puncaknya setinggi 4.392 meter (14.411 kaki).

Namun, menurut Eric Gilbertson, seorang profesor pengajar teknik mesin di Universitas Seattle, gunung tersebut kini lebih pendek karena titik puncaknya telah bergeser. Hilangnya ukuran ini kemungkinan besar disebabkan oleh mencairnya es.

“Sampai saat ini, merupakan salah satu dari sedikit puncak di wilayah Amerika Serikat yang memiliki lapisan es permanen di puncaknya (puncak lainnya adalah Eldorado, Colfax, dan Liberty Cap, subpuncak Rainier, semuanya di Australia Barat),” tulis Gilbertson dalam sebuah posting blog Gunung Rainier.

Pada bulan September 2024, Gilbertson mendaki Gunung Rainier untuk mengukur puncaknya tepat pada puncak musim pencairan.

“Penting untuk mengukur puncak seperti Rainier pada waktu yang tepat dalam setahun. Untuk puncak dengan lapisan es permanen di puncaknya, elevasi yang diterima adalah elevasi lapisan es pada waktu bersalju terendah dalam setahun," jelas Gilbertson.

Gilbertson pernah mendengar desas-desus bahwa Puncak Columbia mengalami pencairan yang signifikan sehingga gunung itu bahkan tidak tampak lagi sebagai titik tertinggi. Untuk memastikan hal ini, Gilbertson meminjam unit GPS berkualitas tinggi dari departemen teknik sipil universitasnya dan memeriksa gunung tersebut. Ia menemukan bahwa Puncak Columbia sekarang berada pada ketinggian 4.385,8 meter (14.389,2 kaki) sementara tepi kawah barat daya memiliki ketinggian 4.389 meter (14.399,6 kaki).

Ini berarti Columbia Crest telah menyusut 6,3 meter (20,8 kaki) dan tidak lagi menjadi titik tertinggi di gunung. Hasil ini tidak resmi, dan gunung tersebut masih diakui memiliki tinggi 4.392 meter (14.410 kaki). Gilbertson juga tidak memberikan penjelasan mengapa begitu banyak es yang hilang, tetapi Newsweek berspekulasi bahwa perubahan iklim kemungkinan menjadi penyebabnya.