Mengenal Kampung Buntar di Kota Bogor, Jadi Salah Satu Pusat Eksplorasi Buah Pala di Indonesia
FeatureNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Mengenal Kampung Buntar di Kota Bogor, Jadi Salah Satu Pusat Eksplorasi Buah Pala di Indonesia / Foto: Dimas Yuga Pratama

Bogor, tvrijakartanews - Indonesia memiliki keanekaragaman pangan lokal salah satunya adalah buah pala. Buah pala yang memiliki nama latin myristica fragrans, merupakan tumbuhan yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Sebagai rempah-rempah dengan nilai yang tinggi, buah, fuli (salut biji), dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi.

Buah pala Banda juga dikenal sebagai katalisator dari berbagai sejarah di Nusantara maupun di dunia. Pada abad ke-6 Masehi, pala menyebar ke India, kemudian ke Konstantinopel, dan menjadi mitos di belahan bumi lain. Lalu pada abad ke-13, para pedagang Arab telah menyimpulkan dengan tepat asal-usul rempah pala berada, yaitu di belahan timur pulau-pulau Nusantara.

Akan tetapi mereka merahasiakan lokasi ini dari para pedagang Eropa dan kemudian, baru lah ketika Portugis mendatangi Asia Tenggara pedagang-pedagang Eropa mendapatkan lokasi utama pala berasal.

Sekilas Kampung Buntar, Kota Bogor

Di Kota Bogor ini, terdapat salah satu kampung yang bernama Kampung Buntar, bagian dari Kelurahan Muarasari yang terletak di bagian Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.

Pada tanggal 28 Januari 2020 lalu, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) resmi memperkenalkan Kampung Buntar sebagai salah satu wilayah sentra penghasil olahan buah pala terlaris.

Kegiatan tersebut ditandai dengan penanaman 200 bibit pohon pala di atas lahan saung kelompok wanita tani yang secara simbolis didampingi oleh Dedie A Rachim yang kala itu menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bogor.

Produk olahan buah pala ini diproduksi dan dikelola oleh warga setempat, yang menghasilkan jenis makanan dan minuman seperti es pala, sirup pala, manisan pala, buah pala kering, permen pala, brownies pala, dan selai pala.

Pemanfaatan buah pala di kampung buntar yang sejarahnya dikenal sebagai desa penghasil buah pala sejak dulu namun mulai terkikis oleh arus pengalih pemanfaatan tanah menjadi daerah pemukiman.

Kampung Buntar dulunya dikenal sebagai penghasil buah pala, namun sempat mengalami penurunan dan banyak pengusaha olahan pala yang mengambil pala dari luar kampung akibat kesulitannya mendapatkan dari kampung sendiri.

Berawal dari pengalihgunaan lahan kebun menjadi pemukiman mewah, sebagai salah satu kota satelit dari jakarta, satu diantara program besutan Pemkot Bogor melalui DKPP dalam melakukan penghijauan serta memperluas cakupan urban farming dengan melakukan restorasi kebun.

Program urban farming yang disinergikan dengan kampung tematik dan identitas lokal melalui pemberdayaan kelompok tani dan usaha mikro kecil dan menengah yang digerakan oleh warga menunjukan perubahan yang positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat.

Sekilas tentang Buah Pala

Buah pala berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Ketika sudah masak, kulit dan daging buah membuka, akan terlihat biji berwarna coklat yang terbungkus fuli merah.

Tanaman pala merupakan tanaman yang cukup lama pertumbuhannya hingga masa panen. Panen pertama dilakukan tujuh sampai sembilan tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun. Pohon pala dapat tumbuh hingga 20 meter dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.

Pala merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Bahkan, biji dan fuli pala (selaput biji) kebanyakan digunakan sebagai rempah-rempah, sementara daging buah pala sering diolah menjadi macam-macam produk pangan seperti sirup, manisan, jeli, selai.

Selain itu, nilai gizi yang terkandung pada setiap 100gr daging buah pala adalah sebanyak 42kal, 0,30gr protein, 0,20gr lemak, 10,90gr karbohidrat, 32mg kalsium, 24mg fosfor, 1,50gr besi, 29,50iu vitamin a, 22mg vitamin c dan 88,10gr air.

Hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah maupun petani adalah daging buah pala, yang perbandingan hasil biji pala dengan daging buah pala adalah 1:4, namun daging buah pala sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian, karena dianggap kurang mempunyai nilai ekonomi, jika dibandingkan dengan biji dan fulinya.

Padahal, daging buah pala merupakan komponen terbesar sebesar 77,9%, dibandingkan dengan tempurung 5,1%, dan biji pala 17%.

Perbedaan sumber daya alam dan keahlian lokal dalam membuat makanan akan menghasilkan sebuah identitas unik dari suatu kelompok masyarakat melalui makanan. Jangkauan yang lebih luas, makanan juga bisa menjadi identitas suatu negara.