
Sumber: Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Seekor katak besar asal Chili, yang mampu tumbuh lebih dari 30 sentimeter, menghadapi ancaman serius akibat hilangnya habitat di Chili bagian tengah.
Para peneliti tengah menjajaki cara untuk mencegah kepunahannya. Silsilah amfibi ini sudah ada sejak 77 juta tahun lalu, setelah bertahan hidup dari kepunahan dinosaurus.
Ilmuwan Paz Loreto Acuna menekankan pentingnya katak secara ekologis dan ekonomi, dengan menyebutnya sebagai fosil hidup.
"Sayangnya, peternakan katak berubah dari tahap produktif menjadi cara bagi para ilmuwan untuk mencoba mengetahui spesies ini agar tidak punah. Jadi, spesies ini memiliki banyak atribut dari setiap perspektif secara ekonomi, sebagai spesies produktif, secara ekologis, dan kita juga bisa menyebutnya sebagai fosil hidup," katanya dikutip dari reuters (19/12).
Katak tersebut, yang hidup dari wilayah utara Coquimbo hingga selatan Pulau Chiloé, dapat memiliki berat hingga 1 kilogram (2,20 pon), menjadikannya yang terbesar di Amerika Latin. Beberapa individu tinggal di sungai yang melintasi daerah perkotaan padat penduduk di pusat negara, yang sering digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.
Dokter hewan Melissa Cancino memperingatkan bahwa perubahan iklim, fragmentasi habitat, dan polusi memperburuk keadaan katak.
"Saat ini, sangat terancam oleh faktor-faktor seperti perubahan iklim, fragmentasi habitat, degradasi lingkungan, dan polusi. Jadi... astaga... sungguh menyedihkan mengetahui bahwa spesies yang hidup berdampingan dengan dinosaurus, yang selamat dari kepunahan massal, kini sangat terancam karena manusia," jelas Melissa.