
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati onferensi Pers Realisasi APBN 2023, di Kemenkeu, Jakarta. Foto: John Abimanyu
Jakarta, tvrijakartanews - Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyampaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatat defisit Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), dan turun hingga 24,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi defisit APBN ini lebih rendah yang ditergetkan dalam APBN awal sebesar Rp598,2 triliun dan realisasi defisit APBN ini lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN awal sebesar Rp598,2 triliun da Perpres 75/2023 sebesar Rp479,9 triliun. Perpres 75/2023 sebesar Rp479,9 triliun.
"Defisit tadinya 2,84 persen terhadap PDB, kemudian di revisi melalui Perpres 75/2023 sebesar 2,27 persen, ternyata realisasinya 1,65 persen terhadap PDB," kata Sri Mulyani kepada wartawan di Kemenkeu, Jakarta, Selasa (2/1/2024). dalam Konferensi Pers APBN KiTa, di Kemenkeu, Selasa (2/1/2024).
Sri Mulyani menambahkan defisit APBN ini berartp pendapatan lebih kecil dibanding jumlah belanja pemerintah. Pendapatan negara sepanjang 2023 mencapai Rp2.774,3 triliun.
Menurutnya, untuk belanja negara, sepanjang 2023 mencapai Rp3.121,9 triliun. Realisasi itu mencapai 102 persen dari target awal APBN 2023 yang mencapai Rp3.061,2 triliun dan 100,2 persen target Perpres Nomor 75 Tahun 2023 yang mencapai Rp3.117,2 triliun.
"Kinerja APBN 2023 sangat solid dan kredibel. APBN tetap berfungsi dalam suasana apapun," tuturnya.
Selain itu, keseimbangan primer surplus Rp 92,2 triliun. Realisasi ini merupakan kinerja positif setelah keseimbangan primer negatif sejak 2012.
"Bayangkan tadinya didesain defisit. Sebelum Covid keseimbangan primer kita juga defisit, jadi kalau sekarang 2023 keseimbangan primer kita surplus ini kondisi yang luar biasa," ucapnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengaku pada awal pandemi Covid-19 di tahun 2020, Indonesia sempat mengalami defisit hingga Rp947,7 triliun atau 6,14 persen terhadap PDB.
Kemudian tahun 2021 defisit APBN mencapai Rp775,1 triliun atau 4,57 persen terhadap PDB dan di tahun 2022 sebesar Rp460,4 triliun atau 2,35 persen terhadap PDB.
"Cerita yang baik dari APBN 2023 terlihat juga dari keseimbangan primer surplus Rp92,2 triliun, bayangkan tadinya kita susun di awal defisit Rp156,8 triliun kemudian kita revisi ke Rp38,5 triliun tapi berakhirnya surplus," tandasnya. (Yohanes Abimanyu)