
Komandan Komunikasi TKN Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono saat menggelar konferensi pers di Media Center TKN. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran membantah tuduhan cawapres nomor urut 01 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 03 Mahfud MD, yang menyebut program Lumbung Pangan Nasional alias Food Estate gagal dan merusak lingkungan. Tudingan kegagalan itu disampaikan Muhaimin dan Mahfud dalam debat pilpres keempat pada hari Minggu kemarin.
Komandan Komunikasi TKN Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono menjelaskan mewujudkan lumbung pangan nasional di atas lahan yang mencapai ribuan hektare memang bukan perkara instan dan mudah. Kebijakan ini, kata dia, membutuhkan proses panjang hingga hasilnya bisa dinikmati oleh banyak pihak.
"Mewujudkan lumbung pangan ini bukan proses yang instan, bukan sehari dua hari, sebulan, setahun, direncanakan lalu membuahkan hasil. Tetapi butuh proses panjang," kata Budisatrio, Selasa, 23 Januari 2024.
Politikus Partai Gerindra ini menjelaskan berdasarkan evaluasi dan pengawasan yang dilakukan Komisi IV DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Pertanian, program Food Estate di wilayah Sumatera Utara dengan fokus tanaman produk holtikultura seperti bawang dan kentang, sudah membuahkan hasil.
Ia mencontohkan seperti Food Estate di kawasan Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang telah ditanami jagung dan singkong dengan produktivitas lahan yang sangat baik.
"Lahan di Kabupaten Gunung Mas yang sering menjadi sorotan berbagai pihak, per hari ini sudah tertanam dan akan panen 8 hektare jagung dan 5 hektare singkong. Dengan produktivitas singkong mencapai 20 ton per hektare dan jagung 6 ton per hektare," kata Budi.
Ia menyebut proses penanaman hingga panen memang memakan waktu. Selain itu, pihaknya perlu terus melakukan evaluasi kondisi tanah di Gunug Mas untuk menemukan formula dan jenis tanaman yang tepat.
Dalam kesempatan itu, Budi juga membantah framing yang menyebut proyek lumbung pangan nasional di Kabupaten Gunung Mas merusak lingkungan. Berdasarkan kondisi di lapangan, lahan yang digunakan untuk food estate adalah lahan eks area hutan produksi yang tidak produktif. Mayoritas lahannya kering, semak belukar, pohon yang tumbuh berdiameter kecil dan minim vegetasi yang nilai ekonominya rendah.
"Kalau dibilang area ini ada nilai biodiversitas tinggi itu tidak benar. Karena kawasan lumbung pangan yang ijinnya diberikan KLHK ini dikelilingi area hutan tanaman industri dan sawit. Lebih dari itu, masyarakat Gunung Mas juga menyambut gembira program lumbung pangan nasional. Mereka melihat ini kesempatan di mana lapangan kerja terbuka," Budi.
Mahfud dan Muhaimin Kritik Food Estate
Sebelumnya dalam debat semalam, Mahfud MD dan cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar sama-sama mengkritik kegagalan Food Estate. Program yang awalnya ditujukan untuk kemandirian pangan tersebut malah hanya mengakibatkan kerusakan ekosistem karena hutan digunduli untuk pembukaan lahan pertanian.
Dalam kritiknya, Mahfud menyebut pemerintah saat ini tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam Indonesia. Oleh karena itu, ia bersama Ganjar Pranowo memiliki program yang bisa memberdayakan masyarakat sembari menjaga kelestarian alam.
"Jangan misalnya seperti Food Estate yang gagal dan merusak lingkungan, yang bener aja, rugi dong kita," ujar Mahfud.
Sementara itu, Muhaimin mengatakan program Food Estate terbukti mengabaikan petani, meninggalkan masyarakat adat, menghasilkan konflik argaria, dan merusak lingkungan sehingga harus dihentikan. Food Estate juga disebutnya memilik kontribusi dalam krisis iklim dan mengakibatkan bencana ekologi.
"Negara harus serius mengatasinya, tidak hanya mengandalkan proyek Giant Sea Wall yang tidak mengatasi masalahnya, kita harus sadar krisis iklim harus dimulai dengan etika," kata dia
Selain itu, program yang sudah diinisiasi Kementerian Pertahanan sejak tahun 2020 itu dinilai juga tak menuai hasil panen yang signifikan. Namun, cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka menyebut pernyataan Mahfud dan Muhaimin itu hanya menakut-nakuti masyarakat.
"Kita jangan memberikan narasi-narasi yang menakutkan kepada warga. Intinya adalah program-program yang sudah berjalan sekarang, nomor 01 dan nomor 03 ini kan kompak Food Estate gagal, saya tegaskan sekali lagi, Pak, memang ada yang gagal, tapi ada yang berhasil juga, yang sudah panen misalnya di Gunung Mas sudah panen jagung dan singkong," kata Gibran.
Meski tak membeberkan jumlah panen tersebut, Gibran meminta kedua cawapres lainnya berhenti membangun narasi kegagalan Food Estate. Ia mengajak mereka untuk optimistis agar program tersebut bisa berjalan.