
Foto: Martin Prochazkacz/Shutterstock
Jakarta, tvrijakartanews - Naiknya air dingin dari laut dalam ke permukaan dapat berakibat fatal bagi hewan laut dan kejadian seperti ini semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Pada bulan Maret 202, ratusan ikan dan kerang, serta cumi-cumi, gurita, pari manta, dan hiu banteng, mati terdampar di pantai Afrika Selatan.
Hewan-hewan tersebut melarikan diri dari suhu air yang tinggi akibat gelombang panas laut yang mencengkeram perairan pesisir Afrika Selatan. Namun saat melarikan diri, mereka tiba-tiba terperangkap dalam air dingin yang mengalir dari arus Agulhas di kawasan itu, yang menyebabkan suhu laut turun drastis.
Zoe Jacobs dari National Oceanography Centre di Inggris mengatakan ini adalah peristiwa yang sangat intens dan berumur pendek. “Peristiwa upwelling yang terjadi di tepian Agulhas, suhu bisa tiba-tiba turun sekitar 10°C (18°F) dalam 24 jam,” kata Jacobs dikutip dari new scientist edisi (15/04).
Nicolas Lubitz dari James Cook University, Australia, dan rekan-rekannya mempelajari data suhu permukaan laut selama 41 tahun dan catatan angin selama 33 tahun untuk menilai upwelling air dingin di dua wilayah yang terkena dampak arus Agulhas dan arus Australia, yang mengalir di timur Australia.
Mereka menyimpulkan bahwa arus laut yang lebih kuat dan perubahan pola angin, keduanya terjadi seiring dengan perubahan iklim, mendorong peningkatan frekuensi dan intensitas upwelling air dingin di kedua wilayah tersebut. Sebagian besar kehidupan laut yang hidup di dekat arus ini beradaptasi terhadap fluktuasi suhu air yang tiba-tiba sehingga dapat mengatasi perubahan tersebut. Namun penelitian ini memperingatkan bahwa spesies yang bermigrasi seperti hiu banteng, yang melewati perairan ini dan tidak siap menghadapi perubahan suhu yang tajam, berada dalam risiko.
Lubitz dan rekan-rekannya menggunakan data dari 41 hiu banteng yang diberi tag di Afrika bagian selatan dan Australia untuk mempelajari pola migrasi mereka. Hiu banteng berjuang untuk bertahan hidup ketika suhu air turun di bawah 19°C (66°F) untuk jangka waktu yang lama.
Hiu berpindah ke perairan tropis yang lebih hangat segera setelah suhu air mulai turun setelah musim panas berakhir. Selama migrasi, mereka tampaknya mengambil langkah-langkah untuk menghindari upwelling air dingin, dengan berpindah ke perairan permukaan yang lebih hangat ketika berenang melalui zona upwelling dan berlindung di muara dan teluk selama perjalanan.
Namun, seiring meningkatnya frekuensi dan intensitas peristiwa upwelling, para peneliti memperingatkan akan semakin sulit bagi hiu banteng dan spesies migran lainnya untuk menghindarinya.
Lebih lanjut, Jacobs berpendapat dampaknya mungkin terbatas pada dua wilayah yang diteliti.
“Kedua wilayah ini merupakan kasus yang cukup istimewa, karena upwelling yang terjadi di sana berlangsung cukup singkat dan intens,” ujarnya.
Sistem upwelling global lainnya bersifat lebih permanen atau musiman, katanya, di mana spesies laut lebih mampu beradaptasi untuk menahan atau menghindari perubahan suhu air.