Rupiah Ditutup Perkasa 41 Poin terhadap Dolar AS
EkonomiNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

ILustrasi rupiah. (freepik)

Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 41 poin atau 0,25 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasca libur lebaran mata uang garuda sempat anjlok.

Dikutip data Bloomberg, rupiah mengalami meningkat 41 poin atau 0,25 persen pada level Rp16.179 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah menguat 46 poin atau 0,28 persen di level Rp16.169 per dolar AS.

Sebelumnya, mata uang garuda berada di posisi Rp16.220 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah pada perdagangan besok akan kembali mengalami penguatan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.150 - Rp16.200," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Ibrahim mengatakan Dolar melemah pada hari Kamis karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.

"Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini, jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran, CME FedWatch Tool menunjukkan," ujarnya.

Menurutnya, para pedagang sebelumnya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni namun serangkaian data termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari para bankir bank sentral telah mengubah ekspektasi tersebut.

"Aktivitas ekonomi AS sedikit meningkat dari akhir Februari hingga awal April dan perusahaan-perusahaan mengisyaratkan mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil, menurut survei Federal Reserve pada hari Rabu," ungkapnya.

Gubernur Fed Michelle Bowman pada hari Rabu mengatakan kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin terhenti, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target 2 persen The Fed.

Sementara itu, pengambil kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) terus menyarankan penurunan suku bunga pada bulan Juni pada hari Selasa karena inflasi masih berada pada jalur untuk turun kembali ke 2% pada tahun depan, meskipun jalur harga masih bergelombang.