Ilustrasi rupiah. (Freepik)
Jakarta, tvrijakartanews - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 104 poin atau 0,64 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah dipicu dari data inflasi, indeks harga konsumen dan CPI inti bulan ke bulan lebih rendah dari perkiraan untuk bulan April.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis, 16 Mei 2024, rupiah sore ini menguat 104 poin atau 0,64 persen di level Rp15.923 per dolar AS. Sedangkan data Yahoo Finance rupiah menguat 104 poin atau 0,65 persen di level Rp15.920 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Inflasi indeks harga konsumen dan CPI inti bulan ke bulan lebih rendah dari perkiraan untuk bulan April.
"Data tersebut, yang juga diikuti oleh data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan semakin menurun dalam beberapa bulan mendatang, memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai memangkas suku bunga," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Ibrahim mengatakan ini menyebabkan para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, yang kemungkinannya meningkat menjadi hampir 54 persen dari 49 persen pada minggu lalu, menurut alat CME Fedwatch. '
"Namun, angka CPI masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen, sementara sejumlah pejabat The Fed juga memperingatkan selama seminggu terakhir bahwa bank sentral perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi sedang turun," tuturnya.
Selain itu, Tiongkok terpukul oleh Washington yang mengenakan tarif perdagangan yang lebih ketat pada industri-industri utama Tiongkok, seperti kendaraan listrik, obat-obatan, dan teknologi tenaga surya. Beijing mengancam akan membalas tindakan tersebut.
Walaupun perang dagang kembali memanas, namun pasar optimis atas stimulus fiskal yang lebih besar di Tiongkok, serta meningkatnya dukungan terhadap pasar properti.
Beijing mengatakan akan memulai penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan ($138 miliar) pada minggu ini, sementara beberapa kota besar juga melonggarkan pembatasan pembelian rumah untuk mendukung pasar properti.
Data produksi industri dan penjualan ritel Tiongkok, yang akan dirilis pada hari Jumat, kini ditunggu sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai importir tembaga terbesar di dunia tersebut.