
Foto: reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Dilengkapi dengan lampu depan, sekelompok ahli biologi di Rio de Janeiro berkelana ke laguna di lingkungan Jacarepagua pada larut malam untuk memeriksa caiman bermoncong lebar, spesies yang terkena dampak polusi habitat dan pertumbuhan perkotaan yang tidak diatur. Caiman bermoncong lebar berasal dari lahan basah di wilayah pedalaman Brasil bagian timur dan selatan, Paraguay, Uruguay, dan sebagian Argentina utara.
Para ahli biologi, melansir reuters (10/7) yang menangkap dan kemudian melepaskan caiman, mengumpulkan data penting untuk memantau kesehatan populasi dan mengukur dampak pencemaran laguna terhadap hewan-hewan ini.
Ricardo Freitas, presiden Jacare Institute, sebuah organisasi nirlaba yang berdedikasi untuk melindungi keanekaragaman hayati Rio de Janeiro sejak 2009, dengan fokus khusus pada caiman bermoncong lebar mengatakan tingkat reproduksi hewan tersebut rendah dari tahun ke tahun.
“Kami mencoba memperoleh hasil pemantauan, proposal dan pedoman konservasi predator terbesar yang tersisa di negara bagian Rio de Janeiro: caiman bermoncong lebar. Spesies ini berisiko di negara bagian kita, khususnya di kotamadya kita. Lebih dari 80% populasi bermoncong lebar adalah laki-laki, dan tingkat reproduksi kami rendah dari tahun ke tahun. Hal ini memberi tahu kita bahwa populasi dapat dengan cepat menurun jika terjadi dampak atau peristiwa besar,” katanya.
Selain program pendidikan dan misi penyelamatan hewan, Jacare Institute juga menyediakan layanan konsultasi dan lingkungan.
“Tidak ada hewan lain yang memiliki kombinasi ini. Kami mengambil sampel biologis, kami mengambil sedikit otot dan ektoderm untuk dianalisis di laboratorium guna mengetahui kesehatannya dan seberapa besar dampak polusi dan limbah yang dibuang kota ke laguna bagi hewan ini,” tambahnya.
Ahli biologi kelautan Mario Moscatelli menunjukkan bahwa perambahan pembangunan perkotaan yang tidak diatur di dekat habitat caiman menghadirkan ancaman yang signifikan.
“Kami mengamati adanya budaya permisif terkait dengan pertumbuhan perkotaan yang tidak terkendali dan tidak adanya kebijakan publik yang permanen untuk masyarakat kelas bawah. Pada akhirnya, lingkunganlah yang selalu terkena dampak dari kurangnya kebijakan,” kata Moscatelli.