Foto: Reuters
Jakarta, tvrijakartanews - Bayi tukik penyu rawa hitam lahir di Kamboja. Para pegiat konservasi dengan hati-hati memeliharanya hingga dapat dilepaskan ke alam liar sebagai bagian dari rencana untuk membangun kembali populasi reptil yang terancam punah tersebut.
Bayi penyu tersebut menetas pada bulan Mei di Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati Angkor - ACCB - di provinsi Siem Reap. Malansir reuters, induknya diselamatkan dari pasar gelap. Reptil kecil ini hanya berukuran panjang dua inci (6 cm) dan berat sekitar 1,4 ons (40 gram). Penyu dewasa biasanya tumbuh sekitar 7 - 8 inci (17 - 20 cm).
Phorn Sreymom, penjaga penyu di ACCB mengatakan, "Kami baru saja melakukan pemeriksaan kesehatan pada bayi penyu Black Marsh. Kami menimbang penyu tersebut untuk melihat apakah berat badannya bertambah atau berkurang dan kami mengukur panjang dan ukurannya. Kami melakukan pemeriksaan ini sebulan sekali selama tiga bulan pertama, kemudian kami melakukannya setiap enam bulan. Untuk induk penyu, kami juga melakukan pemeriksaan ini setiap enam bulan," katanya.
Penyu Rawa Hitam adalah reptil air tawar asli Asia Tenggara. Spesies ini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). ACCB saat ini memiliki enam Penyu Rawa Hitam dewasa dan juga menampung 29 spesies terancam punah lainnya.
"Ancaman utama yang dihadapi sebagian besar satwa liar di Kamboja dan di kawasan ini juga terkait dengan hilangnya habitat dan perdagangan satwa liar ilegal, lalu ada berbagai degradasi yang menyertainya, tetapi, hal ini mencakup ancaman utama dan hilangnya habitat yang dapat Anda pikirkan; penggundulan hutan, alih fungsi lahan untuk pertanian, tetapi juga pembangunan bendungan hidro, misalnya," jelas Direktur negara Christel Griffioen.
Ia melanjutkan, "Rencana masa depan untuk kura-kura Black Marsh ini adalah ia akan tinggal di ACCB selama beberapa tahun mendatang di mana ia akan tumbuh dan berkembang menjadi kura-kura sehat yang mencapai ukuran yang tidak terlalu rentan terhadap predator alami. Begitu kami sampai di sana, dan mungkin butuh waktu empat hingga enam tahun, kami akan mempertimbangkan untuk memperkenalkan kembali individu ini, atau membawa hewan ini kembali ke alam liar. Mudah-mudahan, kami dapat memasang beberapa pelacak, pemancar, sehingga kami dapat mengikuti apa yang dilakukan hewan ini dan kami dapat belajar dari bagaimana ia akan beradaptasi dengan kembali ke alam dan mempelajari lebih lanjut tentang ekologi spesies ini dan rencana kami untuk pengenalan kembali dan pemulihan spesies ini di Kamboja dalam jangka panjang," lanjutnya.