Menilik Usaha Penanganan Sampah dari Waste4Change di Bandung, Mampu Olah 12 Ton Sampah Setiap Hari / Foto: Dimas Yuga Pratama
Bandung, tvrijakartanews - Permasalahan sampah, baik organik maupun anorganik, masih menjadi tantangan besar bagi masyarakat dan pemerintah di Bandung Raya.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, solusi konkret untuk mengatasi masalah sampah masih sulit diimplementasikan secara berkelanjutan.
Namun, sejak tahun 2019, sebuah fasilitas pengolahan sampah di Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, tepatnya dekat Stasiun Tegalluar Summarecon, hadir sebagai langkah nyata.
Waste4Change, pengelolaan sampah yang mampu menangani hingga 12 ton sampah per hari, menjadi salah satu jawaban atas permasalahan ini.
Dari total sampah yang dikelola, 6 ton di antaranya adalah sampah organik yang diolah menggunakan Bioteknolagi larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot serta proses pengomposan.
Menurut Lead Responsible Waste Management (RWM) Bandung, Arbi Fuadi, proses pengolahan ini menggunakan teknologi mesin Microwave yang diimpor dari Tiongkok untuk menghasilkan produk turunan berupa Maggot kering.
"Kami mampu mengolah 6 ton sampah organik menjadi 600 kilogram maggot dan sisanya menjadi kasgot. Kasgot ini nantinya dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan media tanam," jelas Arbi, Sabtu 21 Desember 2024.
Arbi juga mengungkapkan bahwa maggot yang dihasilkan Waste4Change tersedia dalam dua jenis, yaitu maggot kering dan basah. Maggot basah dijual dengan harga Rp 5.500 per kilogram, sedangkan maggot kering dihargai Rp 45.000 per kilogram.
"Maggot ini memiliki kandungan protein tinggi dan dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak atau hewan. Bahkan, kandungannya mampu bersaing dengan tepung ikan di pasaran. Penjualan kami mencakup eceran dan skala besar, dengan offtaker di Jakarta, Bekasi, hingga Banyumas," tambahnya.
Dengan kapasitas pengolahan hingga 12 ton per hari, Arbi berharap pemerintah daerah dapat lebih tegas dalam menerapkan regulasi terkait pengelolaan sampah. Ia menekankan pentingnya pemilahan sampah dari sumbernya untuk mendukung efisiensi proses di fasilitas pengolahan.
"Penegakan hukum di level dinas dan pemerintahan harus jelas. Jika sampah sudah terpilah dari sumbernya, proses kami akan lebih cepat dan efisien. Hal ini juga akan meningkatkan kapasitas pengolahan harian kami," tegasnya.