
Pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di JCC, Senayan, Jakarta Pusat. Foto: M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto memberikan nilai 9,9 kepada pasangannya, Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres perdana semalam. Menurut Prabowo, Gibran telah menunjukkan kemampuannya yang membanggakan saat berdebat dengan Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD.
"Terus terang saya sangat bangga dengan calon wapres saya. Saya sangat bangga tadi, saya katakan kalau saya seorang guru yang memberi nilai pada ujian, saya beri nilai 9,9," kata Prabowo di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat malam, 22 Desember 2023.
Meski begitu, Prabowo mengatakan dirinya juga mengapresiasi Mahfud dan Muhaimin yang menjadi lawan debat Gibran. Menurut dia keduanya telah memberikan gagasan yang baik selama debat.
"Dan menurut saya, ini objektif dan nyata, semua rakyat bisa nilai. Kita serius, saya mewakili generasi yang saya namakan generasi jembatan, kami menganggap diri kami jembatan untuk nanti generasi muda melewati, untuk Indonesia emas hebat, adil, makmur," kata Prabowo.
Gibran Sekak Lawan Debatnya
Dalam debat semalam, Gibran beberapa kali menyekak lawan debatnya dengan istilah sulit. Debat tersebut bertema ekonomi kerakyatan/ekonomi digital kemudian keuangan, pajak dan tata kelola APBN/APBD, investasi, perdagangan, infrastruktur, dan terakhir perkotaan.
Saat sesi bertanya kepada Mahfud, Gibran bertanya mengenai pembuatan aturan untuk pembuatan teknologi carbon capture and storage (CCS) atau penyimpanan emisi karbon dioksida (CO2) yang potensial di Indonesia.
"Bagaimana regulasi untuk karbon capture and storage?" tanya Gibran singkat kepada Mahfud.
Mendengar pertanyaan tersebut, Mahfud tampak bingung dengan istilah yang digunakan. Lalu alih-alih menjawab secara spesifik, ia menjelaskan tahapan pembuatan regulasi yang membutuhkan keterlibatan ahli hingga naskah akademik.
"Kalau orang ahli regulasi, itu tidak harus spesifik satu persatu, kecuali proyek pembuatan regulasi itu sudah ada. Bagaimana cara regulasinya, satu membuat naskah akademik dulu. Naskah akademik itu kalau mengikuti pola yang sederhana," kata Mahfud.
Mendengar jawaban itu, Gibran terlihat tidak puas. Ia menganggap jawaban Menko Polhukam itu tidak tepat dan tak menyentuh pertanyaannya
"Kembali lagi pertanyaan saya, Pak Prof Mahfud menjawab dua menit tapi pertanyaan saya belum dijawab sama sekali. Apa regulasinya Pak, untuk karbon capture and storage. Simple sekali Pak, pertanyaan saya. Mohon dijawab sesuai pertanyaan yang saya tanyakan. Enggak perlu ngambang ke mana-mana," kata putra sulung Presiden Jokowi itu.
Mendapat tekanan dari Gibran, Mahfud kembali tak menjawab secara rinci mengenai CCS. Ia hanya menjawab semua tak hal bisa langsung dibuat regulasinya.
"Jadi begini Mas Gibran, di dalam ilmu hukum misalnya saya tanya kepada Anda sekarang bagaimana cara membuat regulasi tentang antariksa nasional? Jawab sekarang, pasti enggak tahu jawab sekarang, pasti gak tahu, karena hukum itu perlu masalahnya dulu apa," kata Mahfud.
Momen Gibran memberikan pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh lawannya juga terjadi saat berdebat dengan Muhaimin Iskandar. Dalam pertanyaannya, Gibran menanyakan soal SGIE (State of the Global Islamic Economy) kepada Muhaimin yang merupakan Ketua Umum PKB, partai yang berbasis agama.
Mendapat istilah asing itu, Muhaimin tampak kebingungan.
"Terus terang SGIE, saya enggak paham. SGIE itu apa?" kata Muhaimin.
Jawaban Muhaimin itu mengundang tepuk tangan dari masing-masing pendukung cawapres. Gibran kemudian menjelaskan kepada Muhaimin secara singkat mengenai SGIE.
"SGIE itu adalah State of Global Islamic Economy. Misalnya yang sekarang yang sudah masuk peringkat 10 besar adalah makanan halal kita, skincare halal kita, fashion kita. Nah, itu yang saya masuk, Gus. Dan, ya mohon maaf kalau pertanyaanya agak sulit, ya, Gus," pungkas Gibran.
(M Julnis Firmansyah)