PT Tambang Mineral Papua bekerja sama dengan PT Honay Ajkwa Lorentz saat menggelar pers release soal kesiapan groundbreaking pabrik semen dan keramik di Mimika, Papua. Foto M Julnis Firmansyah
Jakarta, tvrijakartanews – PT Tambang Mineral Papua (PT TMP) akan memulai groundbreaking pembangunan pabrik semen dan keramik di Mimika, Papua Tengah, pada 10 Januari 2025. Proyek pengolahan tailing dari tambang milik PT Freeport Indonesia ini akan melibatkan hingga 80 persen tenaga kerja dari Orang Asli Papua (OAP), dengan tujuan memberdayakan masyarakat setempat.
Direktur Utama PT Honay Ajkwa Lorentz (HAL), Fenty Widyawati, menjelaskan bahwa kebijakan ini sesuai dengan aturan pemerintah daerah Papua. PT HAL merupakan mitra dari PT Tambang Mineral Papua dalam proyek ini.
“80 persen tenaga kerja yang ada di Timika adalah OAM, atau Orang Asli Papua. Di sini kami terapkan 40 persen dari 80 persen tersebut khusus untuk OAM tujuh suku yang berdampak langsung,” kata Fenty saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, dikutip Kamis (26/12/2024).
Fenty menambahkan, rekrutmen tenaga kerja juga akan melibatkan warga yang tidak memiliki ijazah formal. Sehingga, nantinya pabrik yang bertujuan mengelola taling dari PT Freeport Indonesia itu bisa menyerap tenaga kerja lokal seluas-luasnya.
“Di Papua sendiri banyak usia produktif yang ingin bekerja, tapi permasalahannya adalah ijazah atau akademis. Kita juga akan rekrut yang putus sekolah melalui program pelatihan khusus,” ujarnya.
Proyek ini ditargetkan memulai tahap produksi awal pada tahun 2026, setelah pembangunan pabrik keramik rampung. “Pembangunan pabrik semen membutuhkan waktu tiga tahun. Tapi, delapan bulan lagi kami akan memproduksi semen curah untuk memenuhi kebutuhan lokal,” kata Fenty.
PT TMP dan mitranya menegaskan bahwa proyek ini dirancang dengan prinsip keberlanjutan dan inklusivitas. Selain memberdayakan masyarakat lokal, mereka juga membuka peluang kerja sama dengan perusahaan nasional maupun internasional.
Fenty mengungkapkan pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan lokal dan asing, untuk memastikan proyek ini sukses.
"Teknologi dari Jerman dan Korea juga akan digunakan untuk mendukung pembangunan," kata dia.
Groundbreaking pada 10 Januari 2025 mendatang diharapkan menjadi langkah awal penting bagi pembangunan pabrik ini. PT TMP berkomitmen untuk menjadikan proyek ini tidak hanya sebagai simbol kemajuan ekonomi, tetapi juga pemberdayaan masyarakat Papua.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Dani, Panisius Kogoya, mengungkapkan bahwa masyarakat adat telah mempersiapkan lahan untuk proyek ini selama lima tahun.
“Kami dari masyarakat Suku Dani siapkan lokasi itu sudah hampir lima tahun sampai sekarang. Tanahnya tanah adat, tidak dijual, hanya dikontrak selama 25 tahun,” jelas Panisius.
Ia berharap pabrik ini dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat Papua, khususnya warga di Timika yang berasal dari lima suku setempat. “Kami ingin orang gunung yang di Timika itu bisa bekerja semua di situ. Salah satu tujuan pabrik ini adalah untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan pembangunan di Papua,” tambahnya.
Ditemui di lokasi yang sama, Kepala SDM PT Honay Ajkwa Lorentz, Hamdani, menambahkan bahwa pada tahap awal proyek, sekitar 100 hingga 200 tenaga kerja akan dilibatkan.
“Untuk tahap awal, 100 persen tenaga kerja berasal dari warga sekitar. Penyerapan tenaga kerja akan terus meningkat seiring perkembangan proyek,” jelasnya.
Proyek ini juga akan memanfaatkan tailing hasil tambang dari PT Freeport Indonesia untuk diolah menjadi produk bernilai ekonomis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.