Trump Klaim Pasar Mulai Terima Kebijakan Tarifnya
EkonomiNewsHot
Redaktur: Redaksi

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa pasar keuangan mulai menyesuaikan diri dengan kebijakan tarif yang diterapkannya. Foto : Reuters

Amerika Serikat, tvrijakartanews - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa pasar keuangan mulai menyesuaikan diri dengan kebijakan tarif yang diterapkannya, dan menyebut kebijakan tersebut sebagai bagian dari strategi untuk mengakhiri praktik dagang yang merugikan AS selama puluhan tahun.

Berbicara kepada awak media di dalam pesawat kepresidenan Air Force One pada Jumat (25/4), Trump menyebutkan bahwa pemerintahannya akan bersikap “sangat masuk akal” dalam menetapkan tarif. Ia menegaskan bahwa tarif akan digunakan sebagai alat negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih adil.

"Kami menetapkan tarif dan akan bersikap sangat masuk akal. Itulah kesepakatannya. Mereka ingin masuk ke pasar kita, karena tidak ada yang ingin masuk ke pasar mereka sendiri," ujar Trump.

Menanggapi pertanyaan soal kemungkinan perpanjangan jeda tarif 90 hari, Trump menyatakan hal itu "mungkin kecil kemungkinannya", dan menambahkan bahwa pasar kini mulai memahami arah kebijakannya setelah masa transisi.

Terkait hubungan dagang dengan Tiongkok, Trump menyatakan dirinya tidak akan mencabut tarif secara sepihak tanpa konsesi yang signifikan dari Beijing.

"Yang kami inginkan dari Tiongkok adalah mereka membuka pasar mereka, membiarkan kami menjual produk kami. Itu akan menjadi kemenangan besar," katanya.

Namun Trump juga menyiratkan keraguan apakah hal tersebut realistis, mengingat Tiongkok dinilainya tidak memiliki keinginan untuk membuka pasarnya.

Dalam pernyataannya, Trump juga kembali menuding media arus utama sebagai "fake news" karena dianggap tidak akan mengakui pencapaian pemerintahannya dalam perdagangan.

Pernyataan Trump datang di tengah ketidakpastian global terkait kebijakan tarif AS, yang telah memicu reaksi dari banyak negara sejak ia kembali menjabat Januari lalu. Banyak negara kini berlomba mencari celah untuk menegosiasikan pengecualian atau kesepakatan baru demi menghindari dampak tarif impor yang besar terhadap perekonomian mereka.