
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi. (Tangkap layar laman resmi Bapanas)
Jakarta, tvrijakartanews - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp1,5 triliun untuk menyerap Gula Kristal Putih.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya mengajak kalangan swasta agar menyerap gula petani sesuai Harga Acuan Pembelian (HAP) yang telah ditetapkan pemerintah, yakni Rp 14.500/ kilogram (kg).
"Nanti BUMN pangan dalam menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk gula, harus menyerap produksi petani kita. Kalau gula ini tinggal masalah anggaran saja. Sebentar lagi akan ada Rp 1,5 triliun untuk BUMN beli gula petani dengan harga minimal Rp 14.500/kg," kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Arief menambahkan pemerintah sudah secara konsisten mengeskalasi harga gula petani.
"Apalagi Bapak Presiden Prabowo itu sangat cinta sama petani," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia Butuh Sistem Resi Gudang yang Transparan buat Bisnis Logistik Saat ini stok CPP dalam bentuk gula pasir yang ada di BUMN pangan, per 1 Juli totalnya ada 46 ribu ton.
"Ini terdiri dari stok gula yang dikelola ID Food sebanyak 40 ribu ton dan Perum Bulog 6 ribu ton," tuturnya.
Dikatakan Arief, produksi GKP menurut Proyeksi Neraca Gula Konsumsi pada Juli dapat mencapai 602,2 ribu ton dan pada Agustus bisa meraih 615,4 ribu ton.
"Selanjutnya September sedikit mulai menurun ke 500,8 ribu ton," jelasnya.
Produksi gula Indonesia pun dilaporkan mengalami kenaikan sebagaimana laporan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan Food and Agriculture Organization (FAO) Juni lalu. Produksi gula Indonesia periode 2024/2025 diproyeksikan dapat mencapai 2,6 juta ton.
Menurutnya, estimasi tersebut menjadi yang tertinggi kedua jika dibandingkan terhadap negara ASEAN lainnya, seperti Thailand yang 10 juta ton, Filipina 1,8 juta ton, dan Vietnam 1,1 juta ton.
"Jadi industri gula ini akan sangat menjanjikan. Bapak Presiden sepakat dukung produksi dalam negeri. Apalagi beliau mungkin setelah dari Arab Saudi, lanjut ke Brasil, nanti melihat etanol di sana bagaimana bisa berkembang. Sementara kondisi Indonesia mirip Brasil karena ada di sepanjang ekuator juga. Jadi kita pun pasti bisa melakukannya," imbuhnya.