
TVRI meluncurkan film seri Siti Nurbaya. (Tvrijakartanews/ John Abimanyu)
Jakarta, tvrijakartanews - Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengemas ulang film seri Siti Nurbaya dengan mengangkat konsep modern. Hal ini diharapkan dapat dinikmati oleh generasi muda film mini seri asli Indonesia.
"Sinetron ini menjadi tontonan yang sangat dinantikan pemirsa pada waktu itu, dan kini LPP TVRI telah merestorasi Sitti Nurbaya untuk kembali dinikmati," kata Kepala Badan Penghubung Sumatera Barat, Aschari Cahyaditama dalam keterangan di Kantor TVRI, Jakarta, Senin (17/3/2025).
Aschari menambahkan Sitti Nurbaya yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1922, telah menjadi kisah ikonik tentang cinta yang terhalang oleh utang, yang menggugah banyak penonton pada masanya.
“Kami berupaya merestorasi ini dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap karya-karya sinetron asli Indonesia,” ujar Aschari.
Dilokasi yang sama, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya restorasi ini.
"Ini adalah kebangkitan salah satu sinetron Indonesia yang patut diapresiasi. Program ini bukan sekadar upaya teknis, melainkan juga langkah untuk memelihara memori kolektif dan memastikan generasi mendatang dapat belajar dari karya sastra yang telah ada," kata Fadli.
Dikatakan Fadli, Film Sitti Nurbaya adalah karya besar yang mengisahkan perjuangan cinta yang terhalang oleh masalah ekonomi, sebuah tema yang luar biasa pada zamannya.
Sinetron Sitti Nurbaya, yang terdiri dari enam seri, menggambarkan dinamika sosial dan budaya masyarakat saat itu.
"Konflik dan plot dalam novel dan film ini mencerminkan kondisi sosial budaya yang relevan, dan saya rasa generasi Baby Boomers pasti akan menyaksikan kembali serial ini,” ujar Fadli.
Ia juga mengingatkan peran besar para sutradara, penulis naskah, dan aktor-aktor luar biasa yang terlibat dalam produksi ini, yang memberikan kesan mendalam pada pemirsa.
“Apa yang dilakukan oleh LPP TVRI melalui restorasi ini merupakan langkah penting untuk memperluas akses masyarakat terhadap film dan sinetron klasik Indonesia. Dalam hal ini, banyak koleksi film yang telah mengalami digitalisasi dan restorasi, yang merupakan bagian dari produk negara,” ujarnya
Fadli Zon mengapresiasi upaya LPP TVRI dalam memanfaatkan aset-aset tersebut, menjadikannya saluran televisi tertua di Indonesia yang terus berkomitmen pada pelestarian karya seni dan budaya Indonesia.
"Saya berharap LPP TVRI dapat terus merestorasi film-film klasik Indonesia lainnya, sehingga arsip ini tidak hanya bisa dinikmati di layar kaca, tetapi juga melalui platform digital," kata Fadli Zon.
Ia juga menambahkan bahwa industri film Indonesia telah berkembang dengan baik, dan saat ini sekitar 80 persen film yang diputar adalah produksi dalam negeri.
Dengan adanya restorasi Sitti Nurbaya, Ia berharap LPP TVRI dapat memperkenalkan kembali karya sastra Indonesia yang bersejarah kepada generasi muda, sekaligus menjaga warisan budaya yang kaya untuk dinikmati di masa depan.