
Foto Andi Malewa (dokumen pribadi Andi Malewa)
Jakarta, tvrijakartanews - Ada ribuan alasan kenapa seseorang memilih untuk mengamen di jalanan. Berdiri di lampu merah, alun-alun, tempat makan, dan tempat ramai lainnya. Mereka menunjukkan kebolehannya dalam bernyanyi sambil memainkan alat musik untuk mendapatkan satu atau dua rupiah. Puluhan ribu, kadang-kadang. Keberadaan pengamen jalanan sering dianggap sebagai “pengganggu” bahkan dilabeli setara dengan pengemis. Padahal yang mereka saksikan adalah orang-orang berpotensi yang tidak mendapatkan ruang untuk berekspresi.
Sosok Andi Malewa dikenal sebagai seseorang yang membawa pengaruh besar terhadap musik di tanah air, terutama musik jalanan. Andi adalah tokoh pendiri Intstitut Musik Jalanan (IMJ)yaitu sebuah lembaga independen yang didirikan untuk melakukan tata kelola musik jalanan di Indonesia. IMJ telah melakukan kurasi pengamen jalanan skala provinsi di 6 wilayah. Bagi pria kelahiran Makassar 6 Januari 1982 ini, pengamen jalanan bukanlah suatu hal yang layak dipandang sebelah mata. Pengamen jalanan selayaknya disebut musisi jalanan, ia adalah seni dan keindahan yang diberikan oleh tuhan.

Saat ini, Andi dan keluarga menetap di Cipayung Kota Depok. Andi dan istrinya Shinta Anggraini dikaruniai dua orang putri cantik yang bernama Andi Adeeva Malewa berusia 9 tahun dan Andi Annasya Ramadhani Malewa berusia 7 tahun.
“Istri orang Palembang, campuran Palembang Bogor. Dikaruniai dua putri cantik, anak pertama kelas 3 SD anak kedua baru masuk SD,” kata Andi kepada tvrijakartanews.com.
Andi mengatakan ayah dan ibunya merupakan orang Makassar asli. Dirinya menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Palu Sulawesi Tengah. Kemudian, melanjutkan sekolah menengah atas (SMA) di Kota kelahirannya, Kota Makassar. Andi merantau ke Jakarta tahun 2000 setelah menamatkan SMA. Ia mengaku, niat awalnya ke Jakarta adalah untuk berkuliah. Namun, karena terkendala biaya ia akhirnya bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh pablik. Bermacam pekerjaan ia jalani hingga menjadi seorang pengamen jalanan.
Andi kecil awalnya bercita-cita ingin menjadi Tentara Nasional Indoensia (TNI), seiringin berjalannya waktu semakin banyak pula keinginan-keinginan. Karena berasal dari lingkungan keluarga yang dekat dengan kesenian, Andi akhirnya menjadi seorang musisi. Andi mengaku, seniman inspirasinya yaitu Padi dan Glenn Fredly.
"Ayah saya seniman, ayah saya perupa, pelukis, jadi saya memang dari kecil sudah hidup di dalam lingkungan keluarga yang dekat dengan seni. Ibu saya, ayah saya pokoknya semua senang bermain musik nyanyi, di rumah itu udah akrab banget sama musik dari kecil bahkan,"tuturnya.
Selama enam tahun mengadu nasib di kota Jakarta, tahun 2007 Andi bertemu dengan seseorang yang disebutnya “malaikat”. Orang yang tidak diungkapkan identitasnya tersebut membiayai Andi untuk berkuliah di Universitas Pancasila.
“Saya dulu di (jurusan) Teknik Informatika, IT. Yang ngekolahin saya pengennya saya di dunia IT, karena pada saat itu masih fresh masih baru gitu ya, belum banyak dan beliau menginginkan saya agar suatu hari nanti saya menjadi tenaga kerja atau tenaga ahli lah gitu di bilang IT,” ungkap Andi.
Sewaktu duduk di bangku kuliah, Andi mengaku mengikuti beragam organisasi kampus, seperti ketua BPM, ketua angkatan, dan lain-lain. Ia mengatakan sudah terbiasa dengan kegiatan aktivis sehingga banyak terlatih selama berkuliah di Universitas Pancasila. Andi lulus tepat waktu pada tahun 2011, dirinya merasa bersyukur karena ia yang tadinya dari jalanan bisa duduk di bangku kuliah. Itu merupakan kesempatan yang sangat sedikit orang dapatkan.
“Nah saya kemudian dalam perkuliahan itu saya banyak berkegiatan dalam bentuk organisasi,saya melihat ternyata banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi antara posisi saya di terminal Depok dan ketika saya berada di dalam lingkungan kampus gitu. Itu kontras banget terlihat, dari kehidupan sosialnya dan lain-lain,” ujar Andi, pendiri Institut Musik Jalanan ini.
Setelah lulus, Andi memilih untuk membagikan ilmu yang ia dapatkan selama di bangku perkuliahan kepada saudara-saudara yang ada di terminal Depok. Karena untuk membiayai banyak orang ia tidak mampu, dia berfikir bahwa ilmu bisa didapatkan dari mana saja. Pada situasi tersebut, Andi Malewa mendirikan perpustakaan atau rumah baca di stasiun Depok, lalu mengaktifasi kelas-kelas untuk anak-anak, pedagang kali lima, pengamen hingga tenaga supir.
Rumah baca yang didirikan di terminal Depok nyatanya tidak bertahan lama. Tahun 2013, terminal Depok direvitalisasi dan rumah baca pun ditutup total. Buku-bukunya, kata Andidibagikan ke jejaring perpustakaan mandiri, salah satunya di kaki gunung Sinabung yang pada saat itu sedang eruspi.
“Saya kirim sebagian besar buku ke sana untuk anak-anak di sana, lalu saya kirimkan juga buat beberapa jejaring salah satunya buku untuk Papua,” tuturnya.
Tahun 2012, di kota Depok lahir peraturan daerah Perda no 16 tahun 2012 tentang larangan mengamen. Andi berpendapat bahwa pemerintah melarang mengamen tapi tidak memberikan solusi. Katanya, solusi yang diberikan pemerintah selalu ingin yang mudah saja, seperti di tangkap lalu mereka dimasukkan ke panti sosial.
“Disana diajarkan kita menjahit, diajarkan menghias toples, sesuatu yang bukan passion kita, nah disitu saya liat, wah ini kok negara mencoba merampas hak-hak asasi kita untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan passion kita gitu, kita diubah pasionnya sama negara, nah kita gak mau kayak gitu, itulah yang membuat kenapa musisi jalanan itu tetap ada, karena ketika dibawa ke panti sosial kami ga bakalan kepikiran untuk bekerja lain,” jelas Andi.
Karena merasa adanya ketimpangan-ketimpangan, Andi akhirnya mendirikan Institut Musik Jalanan (IMJ) yang berkantor di Jl. Arif Rahman Hakim, Beji, kota Depok. Tata kelola Institut Musik Jalanan dilakukan pertama kali tahun 2017 lewat undang-undang no.5/2017 tentangPemajuan Kebudayaan. Kurasi pertama pada 2017 dan kurasi kedua tahun 2021. Semenjak adanya undang-undang Pemajuan Kebudayaan, tata kelola musik jalanan menjadi kemitraan dari pemerintah. IMJ berada di bawah naungan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan.
Pria yang doyan soto makassar ini menjabat sebagai Rektor di Institut Musik Jalanan. Dirinya sebagai ketua pelaksana harian dengan dibantu oleh struktur badan kepengurusan harianlainnya. IMJ telah melakukan kurasi skala provinsi di Jabodetabek, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kepengurusan resmi hanya ada IMJ Depok, IMJ Yogyakarta, dan IMJ Jateng. Sistem kepengurusan organisasi mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, telent manajemen, round manager, dan pengembangan. Hingga bulan Oktober 2023, IMJ telah melakukan kurasi sebanyak 1.020 orang lebih yang mempunyai lisensi resmi dari Direktorat Jendral Kebudayaan yang tersebar di keenam provinsi tersebut.

Untuk mendapatkan lisensi tersebut, kata Andi IMJ biasanya membuat pengumuman di media sosial dan jejaring-jejaringnya dengan levelnya masih skala provinsi. Kegiatan dilakukan di pusat kota masing-masing provinsi.
“Nanti teman-teman datang, nah itu prosesnya macam-macam, ada tahapan-tahapannya, ada proses pemberkasan bahwasanya mereka benar berdomisili di kota tersebut, lalu ada proses interview, dari interview itu kita bisa tau kenapa dia memilih mengamen sebagai jalan hidup dia, lalu nanti ada uji coba uji kemampuan bermusik, baik personal maupun kelompok, setelah itu mereka melalui tahap terakhir uji pentas di ruang publik, mereka main dihadapat seluruh masyarakat nanti dipresent ke masyarakat ini loh mereka, gitu. Nanti masyarakat yang nilai oiya bagus ya. Nah kalau lolos semua dari semua tahapan itu mereka berhak mendapatkan rekomendasi dari Direktorat Jendral Kebudayaan. Rekomendasi ini mereka gunakan untuk mengkases ruang-ruang publik di kota mereka melalui dinas kebudayaan, melalui balai pelestaraian kebudayaan atau dinas pariwisata, mereka bisa mengakses area wisata, area kuliner, taman kota, alun-alun dan sebagainya," terang Andi.
IMJ juga menyediakan ruang bagi difabel untuk mendapatkan lisensi. Menurut Andi, anggota difabel lebih mudah untuk dibina, karena mereka sudah punya basic bermusik dari kecil. IMJ tinggal melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, misalnya menambah koleksi lagu. Kata Andi, difabel yang mengamen di jalanan menghadapi banyak resiko seperti tertabrak angkutan umum, dipalak, dan lain-lain. Di IMJ, mereka dikumpulkan menjadi kelompok-kelompok band lalu diberikan tempat mengamen yang nyaman seperti di mall. IMJ memprioritaskan mereka untuk mengakses ruang di mall.Andi berusaha agar tagline IMJ "Pengamen Naik Kelas" bisa terealisasi dengan cepat. Dengan adanya sistem, Andi yakin tata kelola musik jalanan tetap berjalan tanpa bergantung kepada sosok Andi Malewa saja.

“Yang penting dari sebuah organisasi adalah membangun sistem yang berjalan sesuai dengan visi misinya. Ketokohan itu juga penting, tapi yang paling penting adalah sistemnya berjalan. Dengan atau tanpa tokohnya. Sudah banyak organisasi yang mati suri ketika ketokohan tidaklagi memimpin organisasi tersebut atau sudah tiada. Yang kami bangun di IMJ adalah sistemnya, tata kelola organisasinya, sesuai dengan visi misi organisasi,” ujar pendiri Institut Musik Jalanan Tersebut.
Lebih lanjut, peraih penghargaan People & Inspiration Beritasatu Award (2022) dan Anugerah Merdeka Belajar (2023) ini memiliki cita-cita sederhana yakni menginginkan musisi jalanan Indonesia naik kelas. Tidak ada lagi pengamen di jalanan secara liar dan ditangkap aparat keamanan. Untuk mempermudah tata kelola musik jalanan, Andi berharap Indonesia mempunyai menteri kebudayaan sendiri yang tidak dicampur dengan pendidikan, riset, teknologi, serta pariwisata.
“Saya pengen mengejar ketertinggalan, Indonesia ini harus setara dengan minimal Asia Tenggara, kita kejauhan kalau lihat musik jalanan di Eropa, tapi paling tidak Indonesia berbenah sudah 7 tahun terakhir kita melakukan tata kelola musik jalanan di Indonesia ini, minimal kita setaralah sama Singapur atau Malaysia mungkin atau ya negara-negara di Asia Tenggara lah, kita enggak boleh kalah sama mereka, potensi kita tersebar di jalanan itu banyak banget tinggal keinginan bersama, mudah-mudahkan kedepan pemerintah juga walaupun berjanji kita tetap bisa menjalankan program ini gitu ya, dan jangan ditinggal program-program baik, dilanjutkan dan saya berharap tata kelola musik jalanan ini bisa merata di seluruh kota di Indonesia. Jadi tidak ada dari daerah datang ke Jakarta 'saya ngamen aja di Jakarta, di Jakarta bisa masuk commuter bisa masuk di MRT bisa masuk di LRT', karena di IMJ saya engga pengen seperti itu, itu akan menjadi masalah baru, saya pengennya musis jalanan ini punya tata kelolanya sendiri di kotanya masing-masing,” jelas Andi.
Karena sistem di IMJ sudah berjalan, pengurus harian bekerja menjalankan sistem yang ia bangun di awal Andi bisa bekerja melalui mobile. Andi bisa bekerja dari mana saja sembarimemantau pekerjaan strukturalnya. Selain itu, ia juga bisa mengerjakan hal-hal yang lainsehingga menjadi lebih produktif. Andi yang merupakan seorang musisi aktif membuat dan memproduksi lagu. Ia juga bermitra dengan pengelola-pengelola ruang publik dan sering berkolaborasi bersama untuk membuat kegitan-kegitan pertunjukan.
Selain bermusik, Andi ternyata juga senang membaca saat mempunyai waktu luang. Di rumahnya juga terdapat perpustakaan kecil yang isinya buku-buku untuk dibaca. Ia juga lebih banyak menghabisin waktu dengan anak-anaknya seperti jalan-jalan dan makan-makan.
“Saya malah lebih banyak waktu di rumah, kebetulan orang tua saya udah di sini semua, saya udah ajak pindahkan orang tua saya di sini karena kalau saya yang ke sana itu mahal ya ongkosnya ke makassar, bawa diri aja mahal apalagi bawa istri anak jadi rombongan gitu ya jadi berat, memang orang tua saya sudah disini, tapi kemaren saya baru pulang ke Makassar di Januari kemaren saya balik ajak anak istri melihat kampung halaman saya, tapi hubungan dengan keluarga besar di Makassar sampai hari ini terjalin dengan baik, teman-teman di sana teman-teman sekolah dulu, teman-teman masa kecil,” kelakar Andi.
Bagi Andi, menghabiskan waktu dengan keluarga adalah hal yang paling penting. Andi dapat dihubungi melalui akun sosial media Instagram @andivox, Facebook Andi Malewa, dan Tiktok @andivox.