MK Ubah Ambang Batas Pencalonan Pilkada, PDIP: Kemenangan bagi Demokrasi Indonesia
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: TVRI Jakarta Portal Team

Juru Bicara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Chico Hakim. Foto Instagram Chico Hakim

Jakarta, tvrijakartanews - Juru Bicara PDIP Chico Hakim menilai, putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan sebagian gugatan perkara nomor 60/PUU-XXII/2024 dan 70/PUU-XXII/2024 menjadi sebuah kemenangan bagi demokrasi Indonesia.

Dalam putusannya, MK mengubah ambang batas atau threshold pencalonan kepala daerah menjadi 7,5 persen melalui putusan terhadap gugatan yang dilayangkan Partai Buruh dan Partai Gelora. Kemudian, MK juga mengabulkan gugatan yang diajukan Anthony Lee dan Fahrur Rozi terkait persyaratan usia calon kepala daerah.

"Putusan ini adalah kami rasa kemenangan bagi demokrasi dan kita lihat nanti bagaimana sikap partai," Chico saat dihubungi, Selasa (20/8/2024).

Menurut dia, PDI-P kini tengah mengebut pembahasan demi mengambil sikap terkait Pilkada beberapa daerah termasuk Jakarta, menyusul adanya putusan MK tersebut.

"Tentunya DPP akan menggelar rapat dan kita tunggu saja keputusannya apa, khususnya terkait dengan beberapa pilkada diseluruh indonesia, bukan hanya di Jakarta," imbuh dia.

Dia mengatakan, PDIP mensyukuri dua putusan MK tersebut yang telah menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah dari partai politik menjadi 7,5 persen. Lalu, putusan MK tentang batas usia pencalonan kepala daerah minimal 30 tahun berlaku ketika ditetapkan KPU.

"Hari ini beberapa putusan ya, yang dapat kita syukuri," ucap dia.

Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah ambang batas atau threshold pencalonan kepala daerah pada Pilkada Serentak 2024. MK mengubah ambang batas itu melalui Putusan perkara nomor 60/PUU-XXII/2024 yang diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora.

"Dalam pokok permohonan, mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian," kata Ketua MK Suhartoyo dalam sidang di gedung MK, Jakarta Pusat, Selasa (20/8/2024).

MK menyatakan partai atau gabungan partai politik peserta Pemilu bisa mengajukan calon kepala daerah meski tidak punya kursi DPRD. Sebab, Pasal 40 ayat (3) UU Pilkada itu dinyatakan inkonstitusional, sehingga berdampak pada Pasal 40 ayat (1).

Maka dari itu, MK memutuskan ambang batas pencalonan kepala daerah tak dimaknai lagi dengan 25 persen dari akumulasi perolehan suara partai politik atau gabungan partai politik, atau 20 persen jumlah kursi DPRD.

Adapun berdasarkan putusan MK ini, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu dapat mendaftarkan pasangan calon jika telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Persyaratan pencalonan calon gubernur dan calon wakil gubernur:

a. provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar pemilih tetap sampai dengan 2.000.000 (dua juta) jiwa, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu harus memeroleh suara sah paling sedikit 10% (sepuluh persen) di provinsi tersebut;

b. provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar pemilih tetap lebih dari 2.000.000 (dua juta) jiwa sampai dengan 6.000.000 (enam juta) jiwa, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu harus memeroleh suara sah paling sedikit 8,5% (delapan).

c. provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar pemilih tetap lebih dari 6.000.000 (enam juta) jiwa sampai dengan 12.000.000 (dua belas juta) jiwa, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu harus memeroleh suara sah paling sedikit 7,5% (tujuh setengah persen) di provinsi tersebut;

d. provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat pada daftar pemilih tetap lebih dari 12.000.000 (dua belas juta) jiwa, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu harus memeroleh suara sah paling sedikit 6,5% (enam setengah persen) di provinsi tersebut;