Napak Tilas Jejak Sejarah di Kota Lama, Simbol Perjuangan Arek-arek Suroboyo
NewsHot
Redaktur: Maryanto PM

Gedung Cerutu di Kawasan Kota Lama Surabaya, Jalan Raya Rajawali, Krembangan, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Chaerul Halim).

Surabaya, tvrijakartanews - Kota Lama Surabaya merupakan salah satu saksi bisu perjalanan kota Pahlawan. Lokasi ini menyimpan sarat sejarah mulai dari masa kolonial hingga perjuangan Arek-arek Suroboyo dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Banyaknya bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang masih ada di kawasan Kota Lama ini bisa menjadi pilihan untuk napak tilas.

Sebab, setiap gedung bersejarah memiliki kisahnya tersendiri. Selain menyimpan kisah, gedung sejarah juga tak jarang memiliki arsitektur yang khas bergaya kuno. Untuk itu, kawasan Kota Lama Surabaya ini cocok menjadi tempat wisata heritage.

Tvrijakartanews.com berkesempatan menyusuri  inci demi inci bangunan yang berada di kawasan Kota Lama Surabaya, yang terdiri dari zona Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu pada Minggu (15/12/2024) siang.

Jembatan Merah

Jembatan Merah Surabaya. (Foto: istimewa).

Mulanya, Kami menginjakkan kaki di Jembatan Merah, sebagai saksi bisu semangat perjuangan Arek-arek Suroboyo ketika melawan pendudukan tentara sekutu. Di tempat bersejarah ini, Jenderal AWS Mallaby tewas dalam pertempuran 10 November 1945.

Jembatan Merah kini menjadi penghubung Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun, kawasan Pecinan Surabaya, Kya-kya. Selain saksi bisu sejarah, jembatan ini juga menjadi pusat niaga di Surabaya.

Sekitar jembatan ini masih berdiri banyak bangunan bersejarah, salah satunya adalah Gedung Internatio.

Gedung Internatio

Gedung Intenatio. (Foto: Chaerul Halim)

Kami pun hanya membutuhkan waktu sekitar 4 menit, dengan berjalan kaki demi menuju Gedung Internatio dari Jembatan Merah.

Kala itu, Gedung Internatio yang berjarak sekitar 300-400 meter dari Jembatan Merah ini merupakan kantor Internationale Crediet-en Handels-Vereeniging "Rotterdam". Arsitektur bangunan berkelir putih yang memiliki banyak jendela juga sebagai salah satu saksi bisu perjuangan Arek-arek Suroboyo.

Pada 30 Oktober 1945, pertempuran sengit antara tentara Sekutu dan arek-arek Suroboyo yang berlangsung di dekat Gedung Internatio.

Gedung Cerutu

Gedung Cerutu "Said bin Oemar Bagil" Surabaya. (Foto Chaerul Halim).

Di seberang Gedung Internatio, ada pula Gedung Cerutu dan Pos Bloc yang juga menjadi icon Kota Lama Surabaya.

Ciri khas Gedung Cerutu terdapat menara di atas gedung yang bentuknya seperti cerutu. Bangunan ini merupakan gedung kuno yang hingga kini masih tetap berdiri dengan keadaan utuh dan terawat.

Nuansanya memang tak terlepas dari arsitektur era kolonial Belanda sehingga bangunan ini terkesan kuno. Bagian depan gedung ini dibentuk simetris. Tembok luar gedung dicat berwarna putih, sedangkan atapnya berwarna merah.

Dulunya, gedung ini dibangun sebagai kantor perusahaan gula pada 1916 oleh N.V. Maatsschappij Tot Exploitatie van Het Bureau Gebroders Knaud.

Dari informasi yang tertulis di papan lembaga yang terpasang di depan Gedung Cerutu, bangunan ini pernah digunakan sebagai Kantor Said Oemar Bagil dan kantor Bank Bumi Daya.

Sementara, Pos Bloc Surabaya merupakan sekolah menengah atas bernama Horege Burger School (HBS) pada masa penjajahan Hindia Belanda. Bangunan ini juga sebagai tempat Presiden ke-1 sekaligus Proklamator, Ir. Soekarno untuk menimba ilmu.

Seiring perkembangan zaman, bangunan bersejarah ini sekarang difungsikan menjadi tempat untuk menggelar berbagai event kreatif anak muda.

Pabrik Limoen, Siropen Telasih

Pabrik Limoen JC van Dronggelen. (Foto: Chaerul Halim).

Di belakang Gedung Cerutu, tepatnya di Jalan Mliwis, terdapat Pabrik Limoen dan Sirop Telasih yang sudah berdiri sejak 1923. Bangunan berkelir putih gading yang memiliki empat pilar itu tampak masih kokoh.

Pabrik sirup pertama di Indonesia tersebut dibangun oleh pengusaha Belanda bernama JC van Dronggelen. Bahkan, pabrik sirup ini masih beroperasi hingga sekarang dengan merek Siropen Telasih.

Sayangnya, pengunjung belum diizinkan melihat proses pembuatan sirup di dalam pabrik. Namun, mereka bisa berfoto-foto di luar pabrik dan menikmati sirup dalam bentuk botolan atau gelas. Harga sebotol sirup Siropen seharga mulai Rp 35.000, sedangkan segelas sirup Siropen seharga mulai Rp 7.000.