Wisata Sejarah Lawang Sewu yang Tampil Kekinian dengan Immersive Exhibition
NewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Museum Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah. Foto M Julnis Firmansyah

Semarang, tvrijakartanews - Jika dulu kesan mistis dan angker menjadi hal yang pertama kali muncul saat mendengar nama Lawang Sewu, kini persepsi tersebut perlahan menghilang. Bangunan "seribu pintu" di Kota Semarang, Jawa Tengah itu mulai menjadi destinasi wisata sejarah yang diminati oleh anak-anak muda hingga orang dewasa.

Hal tersebut dapat terlihat pada ramainya intensitas pengunjung Lawang Sewu yang mencapai 100 - 150 pengunjung setiap harinya yang didominasi pelajar. Kenaikan jumlah pengunjung ini salah satunya disebabkan hadirnya immersive exhibition di Lawang Sewu.

(Para pengunjung Lawang Sewu yang didominasi pelajar sedang mengantre masuk pada Selasa (17/12/2024). Foto M Julnis Firmansyah)

"Wahana immersive ini baru ada sejak 8 bulan yang lalu," ujar Astari, pemandu sekaligus petugas di Lawang Sewu kepada TVRI Jakarta News, Selasa (17/12/2024).

(Pengunjung saat menikmati wahana immersive di Lawang Sewu. Foto M Julnis Firmansyah)

Adapun wahana immersive merupakan pertunjukkan layar yang menceritakan sejarah kereta api di Indonesia, mulai dari awal pembangunan hingga kecanggihan teknologi kereta api Indonesia saat ini. Melalui media audio visual yang memanjakan mata dan telinga, pengunjung dapat merasakan ikut "masuk" ke dalam cerita.

Wahana immersive ini terdapat di sebuah ruangan persegi panjang yang berkapasitas sekitar 35 orang. Di sini pengunjung dapat menikmati tayangan audio visual yang ekspresif dan canggih, pengunjung juga dapat merasakan sensasi seolah-olah berada di dalam dunia digital.

Tak cuma itu, pengunjung juga bakal mendapat kesempatan melihat langsung benda-benda peninggalan kolonial Belanda yang menjadi bagian dari Lawang Sewu. Misalnya genting, ubin, bata, hingga engsel pintu yang pernah menjadi bagian dari bangunan tahun 1907 itu. Artefak bangunan tadi disajikan dengan gaya pameran yang kekinian.

Pengunjung yang ingin merasakan sensasi wahana immersive Lawang Sewu ini dapat membeli tiket terusan, seharga Rp 25.000 untuk dewasa, anak-anak Rp 15.000 dan wisatawan mancanegara Rp 35.000.

Bagi pecinta sejarah, tetap dapat menikmati arsitektur asli Lawang Sewu. Meskipun kini terdapat wahana immersive, PT KAI Wisata selaku pengelola tidak mengubah bentuk asli bangunan tersebut.

Bahkan, kini masyarakat juga bisa menikmati sensasi menyusuri ruang bawah tanah Lawang Sewu alias Kelderverkenning. Bagian ini sebelumnya sempat ditutup untuk umum selama 10 tahun dan baru kembali dibuka pada awal Desember 2024.

"Tapi ada syarat dan ketentuannya. Pengunjung yang ingin masuk merupakan rombongan minimal berenam dan waktu kunjungan maksimal hanya 15 menit saja," ujar seorang petugas yang memiliki memandu jalannya wisata bawah tanah tersebut.

(Kondisi ruang bawah tanah Lawang Sewu alias Kelderverkenning yang tergenang air. Foto M Julnis Firmansyah)

Kelderverkenning menjadi bagian tak terpisahkan dari Lawang Sewu. Awalnya ruangan yang berada di Gedung B, bangunan di bagian utara, dibuat sebagai drainase atau saluran pembuangan air sekaligus pendingin. Namun, ketika gedung ini diambil alih Jepang pada 1942, ruang bawah tanah ini dialihfungsikan menjadi penjara bawah tanah.

Selama penelusuran, pengunjung dapat melihat teknologi pondasi lawas milik Belanda yang sudah menopang bangunan Lawang Sewu hingga 120 tahun lebih. Selama penelusuran, pengunjung juga harus memakai alat pelindung diri (APD) karena kondisi ruangan yang tergenang air dan gelap.

Selepas menyusuri terowongan bawah tanah itu, pengunjung juga bisa berwisata kuliner di sekitar Lawang Sewu. PT KAI Wisata telah menyediakan sejumlah stand makanan agar pengunjung tidak perlu keluar area wisata untuk kebutuhan perut.

Sejarah Lawang Sewu

Dilansir laman KAI Wisata, Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan dikelola oleh KAI Wisata. Dulunya gedung ini merupakan kantor pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Kini, Lawang Sewu dijadikan museum yang menyajikan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia.

Dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, gedung ini terdiri dari beberapa bangunan yang membentuk huruf L. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907, adapun bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.

Bangunan ini memiliki desain yang unik dengan jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Jumlahnya yang banyak inilah yang menjadi awal mula gedung ini dinamai Lawang Sewu.

Selain desain bangunanya yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten, yang bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api. Ada pula ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.