Astronom Amatir Belanda Tangkap Sinyal Voyager 1 NASA yang Rusak dari Jarak 24,9 Miliar Kilometer
Tekno & SainsNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Sumber : IFL Science/ Jesper G/Shutterstock.com

Jakarta, tvrijakartanews - Dilansir dari IFL Science, para Astronom amatir di Dwingeloo, timur laut Belanda, baru-baru ini berhasil menangkap sinyal dari pesawat ruang angkasa Voyager 1 milik NASA, meskipun wahana antariksa tersebut dalam kondisi rusak dan beroperasi dalam keterbatasan. Sinyal ini diterima dari jarak sekitar 24,9 miliar kilometer (15,5 miliar mil) dari Bumi, menunjukkan kemampuan luar biasa dari teleskop radio Dwingeloo yang kini menjadi monumen nasional.

Voyager 1, yang diluncurkan pada 1977, telah lama menghadapi tantangan besar seiring dengan berkurangnya persediaan bahan bakar. Dalam beberapa tahun terakhir, kekurangan energi memaksa NASA untuk mematikan instrumen ilmiah agar wahana tetap dapat beroperasi. Pada tahun lalu, wahana ini sempat mengalami gangguan serius ketika mengirimkan sinyal yang tidak masuk akal selama enam bulan berturut-turut.

Pada 19 Oktober, Voyager 1 berhenti mengirimkan sinyal ke Bumi. Namun, NASA berhasil mengatasi masalah tersebut dengan mengaktifkan pemancar yang sudah tidak digunakan sejak 1981.

“Tim penerbangan menduga bahwa sistem perlindungan kesalahan Voyager 1 dipicu dua kali lagi dan mematikan pemancar pita-X serta beralih ke pemancar radio kedua yang disebut pita-S,” Tony Greicius dari NASA menjelaskan dalam Blog Voyager segera setelah pemancar tersebut dipastikan berfungsi.

Tony menambahkan, "Meskipun pita S menggunakan daya yang lebih sedikit, Voyager 1 tidak menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Bumi sejak 1981. Pita S menggunakan frekuensi yang berbeda dari pemancar pita X, sehingga sinyalnya jauh lebih lemah. Tim penerbangan tidak yakin pita S dapat dideteksi di Bumi karena jarak pesawat antariksa tersebut, tetapi teknisi Deep Space Network berhasil menemukannya."

Pemancar tersebut berfungsi namun, Voyager 1 belum sepenuhnya pulih. Pada pembaruan terakhir yang diumumkan NASA, mereka berhasil mengaktifkan kembali pemancar X-band, memungkinkan wahana untuk melanjutkan pengumpulan data dengan empat instrumen ilmiah yang masih berfungsi hingga 18 November.

Sinyal yang diterima oleh astronom amatir di Belanda tampak koheren dan cukup kuat untuk dideteksi. Meskipun teleskop Dwingeloo jauh lebih kecil dibandingkan teleskop dalam jaringan luar angkasa NASA, tim di Belanda mampu menangkap sinyal yang membutuhkan waktu lebih dari 23 jam untuk sampai ke Bumi, sebuah pencapaian luar biasa.

"Karena teleskop Dwingeloo dirancang untuk mengamati pada frekuensi yang lebih rendah daripada telemetri 8,4 GHz yang dipancarkan oleh Voyager 1, antena baru harus dipasang. Pada frekuensi yang lebih tinggi ini, jaring parabola kurang memantulkan cahaya, sehingga semakin sulit menerima sinyal yang redup," jelas CA Muller Radio Astronomy Station (CAMRAS) dalam sebuah posting blog.

"Untuk menemukan sinyal pembawa yang sangat lemah dalam kebisingan, kami menggunakan prediksi orbital Voyager 1 untuk mengoreksi pergeseran Doppler dalam frekuensi yang disebabkan oleh gerakan Bumi dan Voyager 1. Dengan melakukan hal itu, sinyal dapat dilihat secara langsung di ruang observasi teleskop. Analisis selanjutnya mengonfirmasi bahwa pergeseran Doppler sesuai dengan pergeseran Voyager 1," lanjutnya.

Sementara itu, NASA dan para ilmuwan terus berupaya mengembalikan Voyager 1 ke kondisi semula dengan melakukan pengaturan ulang sistem untuk menyinkronkan komputer wahana. Dengan sedikit keberuntungan, Voyager 1 yang sudah berusia lebih dari empat dekade ini masih dapat bertahan beberapa tahun lagi, sebelum akhirnya mati total. (Mita/Audya)